Pembinaan kehidupan beragama tidak dapat dilepaskan dari pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Karena kehidupan beragama itu adalah bagian dari itu sendiri. Bahkan diantara ahli jiwa ada yang berpendapat bahwa pribadi itu tidak lain kumpulan pengalaman pada umur-umur pertumbuhan (dari umur nol sampai masa remaja berakhir).
Dalam membicarakan masalah pembinaan kehidupan beragama bagi remaja dalam kampus itu, kita perlu mengingat bahwa masa pembinaan pribadi yang dilalui oleh mereka yang akan dibina itu telah banyak yang terlalu dan membawa hasilnya dalam berbagain bentuk sikap dan model kelakuan, sesuai denga pengalaman mereka masing-masing, sejak lahirsampai remaja. Dapat dibayangkan betapa besarnya keragaman sikap dan kelakuan itu, Karena masing-masing mereka telah terbina dalam berbagai kondisi dan situasi keluarga, sekolah lingkungan yang berlainan antara satu sama lain.
Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa, mereka sedang berada pada masa pembinaan terakhir, yaitu masa remaja terakhir (late adolescence) atau al-murahqah al-akhirah dan dewasa muda. Maka titik tolak kita tentang pembinaan kehidupan beragama dalam kampus akan di mulai dari sana.
Masa Remaja
Sesunggunhnya kapan masa remaja itu tidaklah pasti kapan secara tegas dimulai dan kapan pula berakhir, tergantuing kepada faktor misalnya faktor perorangan (ada yang cepat tumbuhnya, ada yang lambat). Faktor sosial yang memberi kepercayaan dan penghargaan kepada anak-anak mudanya, sehingga mereka segera diterima sebagai anggota masyarakat yang didengar pendapatnya biasanya masyarakat desa atau masyarakat yang masih terbelakang. Tapi ada pula lingkungan yang engggan memberi kepercayaan kepada remajanya, sehingga mereka dipandang sebagai anak yang harus ditolong , dinasehati, dibimbing dan dicukupi segala kebutuhannya. Disamping itu ada pula faktor ekonomi, dalm masyarakat miskin atau kurang mampu, anak-anaknya segera diberi tanggung jawab dan ikut memncari nafkah, serta keterampilan untuk mencari nafkah itu sederhana, seperti bertani, menangkap ikan, gembala ternak dan pekerjaan kasar. Sedangkan dalam masyarakat maju dan mampu, biasanya anak-anak itu tidak dibebani dengan tugas mencari nafkah, dan keterampilan yang diperlukan untuk mencari nafkah itu juga kompleks dan perlu pengetahuan dan latihan dalam masa yang panjang, masa remaja dan ketergantungan itu diperpanjang sampai mereka tamat dari universitas.
Banyak lagi faktor yang lain yang ikut menentukan masa remaja itu, tapi secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja kira-kira dimulai pada umur 13 tahun, yang ditandai dengan masuknya anak kepada masa puber, yaitu pertumbuhan seks yang membedakan anak dan remaja, yang tampak pada perubahan jasmanidari luar dan perubahan kelenjar-kelenjar yang mengalir dalam tubuhnya, yaitu pengetahuan kelenjar kanak-kanak dan mulainya kelenjar dewasa, yang mengakibatkan bertumbuhnya tanda-tanda jenis kelamin pada anak. Pada umumnya permulaan masa remaja itu dapat diketahui dengan mudah dan hampir sama pada tiap anak, yaitu kira-kira pada umur 13 tahun (misalnya mimpi bagi anak laki-laki dan haid bagi anak perempuan). Kan tetapi kapan berakhirnya masa remaja agak sukar untuk menetukan, Karena berbagai faktor ikut mempengaruhi, seperti kita sebutkan di atas. Namun pada umumnya ahli jiwa cenderung untuk mengatakan bahwa pada masyarakat maju, berakhir pada umur 21 tahun. Dimana segala macam pertumbuhan/ perubahan cepat dapat dikatakan berakhir.
Masa remaja terbagi pada dua tingkat, pertama masa remaja pertama, kira-kira umur 13 tahun sampai umur 16 tahun. Dan kedua masa remaja terakhir, kira-kira 17 sampai dengan umur 21 tahun, yang merupakan pertumbuhan/perubahan terakhir dalam pembinaan pribadi dan sosial. Sedangkan kematangan beragama biasanya dicapai pada umur 24 tahun.
Dengan itu dapat kita katakan bahwa mahasiswa yang menjadi sasaran dalam pembinaan kehidupan beragama dalam kampus itu adalah mereka telah berada pada masa remaja terakhir dengan cirri-ciri tertentu, yang perlu mendapat perhatian.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
Pertumbuhan jasmani cepat telah selesai
Ini berarti bahwa mereka teah matang, jika dipandang dari segi jasmani. Artinya segala fungsi jasmaniah akan mulai atau telah dapat bekerja. Kekuatan/tenaga jasmani sudah dapat dikatakan sama dengan orang dewasa. Dari segi seks, mereka telah mampu berketurunan. Pertumbuhan jasmani dari luar atau alam (kelenjar) yang telah matang itu akan menimbulakn dorongan-dorongan seks, yang perlu mendapat perhatian. Karena dorongan tersebut cukup kuat, sebab ia merupakan kebutuhan biologis yang menimbulkan kegoncangan emosi, yang selanjutnya membawa kepada macam-macam tindakan, kelakuan atau sikap yang menjurus kearah pemuasan dorongan tersebut. Sikap dan tindakan atau kelakuan yang terjadi akibat kematangan tersebut berbeda antara satu sama lain, sesuai dengan konstruksi pribadi yang mereka lalui masing-masing. Serta faktor lingkugan dimana mereka hidup. Pendidikan agama dan pengalaman dalam keluarga dan lingkungan yang dilalui pada masa-masa pertumbuhan sebelum itu, akan mewarnai sikap dan tindakan mereka itu. Akan tetapi diantara mereka ada yang mencari kepuasan dengan cara langsung, tanpa mengindahkan ketentuan agama dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, disamping mereka yang sangat menjaga dan berhati-hati sekali, karena sangat menjaga ketentuan agama dan nilai-nilai moral yang berlaku didalam masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu berbagai usaha untuk menghadapi, membina dan mengarahkan mereka kepada cara hidup yang baik, sesuai dengan ajaran agama tidaklah mudah, apabila tidak diingat atau tidak diperhatikan latar belakang kehidupanm mereka dulu.
Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai
Mereka telah memahami hal-hal yang abstrak, serta mampu ,mengambil kesimpuilan abstrak dari kenyataan yang dilihatnya. Sebagai akibat dari kematangan kecerdesan itu, mereka selalu menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap setiap ketentuan hokum agama yang dibawakan. Mereka menghendaki agar semua ketentuan agama dapat dipahami. Apa yang dahulu mereka terima tanpa rasgu-ragu, setelah masa remaja terakhir mereka memasuki, semua ketentuan itu akan menjadi soal dalam hati mereka, bahkan mungkin secara terang-terangan akan mereka tanyakan kembali, karena keragu-raguan telah menghadapi mereka akibat kematangan kecerdasan. Karena itulah maka banyak guru-guru agama merasa terdesak oleh pertanyaan-pertanyaan pada remaja, yang merasa kurang puas terhadap penjelasan-penjelasan guru atau dosen agama, yang didasarkan atau hokum dan ketentuan yang pasti (wajib, sunat, mubah, makruh, dan haram), tanpa mengenalinya, serta tidak menghubungkan dengan kehidupan remaja itu.
Pertumbuhan pribadi belum selesai
Mereka sedang mengalami kegoncangan dan ketidakpastian. Dari segi jasmaniah mereka telah merasas cukup matang dan telah seperti orang dewasa. Demikian pula dari segi kecerdasan merasa telah memapu berpikir obyektif dan dapat mengambil kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang ada, tapi merka belum mampu berdiri sendiri, belum sanggaup mencari nafkah untuk membiayai diri dan utnuk memenuhi segala kebutuhannya. Pada umumnya hal yang seperti itu akan sangat terasa bagi remaja yang hidup dalam masyarakat maju, karena kebutuhan utnuk nyata diri semakin meningkat. Persaingan dalam mencpai keududkan di antara teman-teman semakin berat, sebab syarat-syarat hidup semakin tinggi.
Pada umur ini, perhatian dari jenis lain sangat diharpakan. Apabila teman-temannya dari jenis lain kurang menaruh perhatian, ia akan merasa sedih, mungkin akan cendrung kepad amenyendiri, atau mencoba melakukan hal-hal yang menarik perhatian. Bahkan kadang-kadang ada yang mengalami kegoncangan jiwa dengan bermacam-macam gejala. (nanti kita bicarakan tersendiri).
Pertumbuhan jiwa sosial masih berjalan
Pada umur ini sangat terasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi remaja. Mereka akan meras sangat sedih, apabila diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat teman-temannya. Karena itu mereka tidak mau ketinggalan dari mode atau kebiasaan teman-temannya. Mereka sangat gelisah apabila dipandang rendah atau diejek oleh teman-temannya, terutama teman dari lain jenis. Sedemikian pentingnya penghargaan teman-temannya, biasanya merka memihka kepada teman-temannya. Kadang-kadang remaja itu sangat marah kepada orang tuanya, apabila orang tuanya itu mencela teman-temannya. Mereka sangat marah atau tidak senang apabila ditegur, dikritik atau dimarahi di depan teman-temannya, karena tidak akan kehilangan penghargaan teman-temannya. Perhatian dan minatnya terhadap kepentingan masyarakat sangat besar. Kesusahan dan penderitaan orang dalam masyarakat akan menyebabkan mereka merasa terpanggil untuk membantu atau memikirkannya. Ketidakadilan atau kemorosotan moral dalam mayarakat mereka mempengaruhi sikap mereka terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, agama, pemerintah, guru dan orang tua mereka sendiri. Karena itulah maka tdak jarang terjadi tindakan-tindakan yang menujukkan ketidakpuasan itu, ada mereka ledakakn dalam bentuk demontrasi, mogok atau serangan. Dan ada pula dengan jalan membentuk "geng-geng" dengan brbgaai macam kelakuan. Disamping itu ada pula yang mereka pantulkan dalam kenakalan dan penyalahgunaan narkoba.
Keadaan jiwa agam yang tidak stabil. Tidak jarang kita melihat remaja pada umur-umur ini mengalami kegoncangan atau ketidakstabilan dalam beragama. Misalnya mereka kadang-kadang sangat tekun menjalani ibadah, tapi waktu lain enggan melaksanakannya, bahkan mungkin menunjukkan seolah-olah mereka anti agama. Kekecewaaan yang dialami oleh remaja dalam kehidupan dapat membawa akibat terhadap sikapnya kepada agama. Pernah seorang pemuda yang berumur 22 tahun dari salah satu universitas mengalami kegoncangan hebat setelah hubungannya putus dengan teman wanitanya. Pemuda yang pada mulanya tekun beragama, rajin beribadah dan aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan. Setelah hubungannya putus dengan teman karibnya yang wanita itu putus, ia nerasa putus asa terhadap tuhan, lalu berhenti sembahyang dan tidak mau aktif dalam kegiatan keagamaan dan lebih dari itu ia mulai mengunjungi tempat-tempat wanita tunasusila. Dalam hatinya berkecamuk berbagai perasaan, kadang-kadang timbul rasa dosa, rasa dendam terhadap teman karibnya yang telah meninggalkannya itu dan kadang-kadang rasa puas terutama setelah ia mengetahui bahwa ada juga di antara temannya yang disangkanya baik mengunjungi yang ternoda itu. Pemuda tersebut akhirnya mengalami konflik jiwa yang agak berat, sehingga ia telah merasa menjadi gila, kendatipun sebenarnya ia masih teatp waras. Kuliah-kuliah tidak dapat diikutinya lagi, kemampuan berpikirnya menurun, kesanggupannya untuk konsentrasi berkurang, dan ia menjadi pelupa. Pemuda tersebut terpaksa mengalami perawatan jiwa, dan ingatkan kembali kepada sifat-sifat Tuhan Yang Maha Pengampun dan Penyayang, disamping perawatan jiwa menurut teknis ilmiah biasa. Akhirnya ia kembali kepada tuhan, mohon ampun dan bertobat,serta kembali tekun beragama, dan tekun kembali ke bangku kuliahnya.
1 Comments
bagus banget artikelnya