Urgensi Pengembangan Kepekaan Qalbiyah (Intelektual, Emosional, Dan Spiritual ) Dalam Pembangunan Manusia Seutuhnya
Manusia hidup di dunia bekerja keras untuk mengumpulkan harta kekayaan. Berbeda dengan manusia yang sudah mencapai tingkat kehidupan spiritual. Harta, kehormatan, dan penghargaan tidak lagi berharga. Ia lebih memilih ketentraman batin dari pada hanya kesenangan dunia yang bersifat semata. Ia lebih menyukai persahabatan dengan sesamanya dan mampu memberikan angin segar yang menyejukkan orang-orang di dekatnya. Sehingga ia mempunyai jiwa dan hatinya akan peka terhadap yang ada di sekitarnya yang nantinya dengan kecerdasan-kecerdasana yang dimiliknya dapat mengantarkan pada pembangunan manusia menuju insan kamil.
Pengertian Kepekaan Qalbiyah
Kata dasar dari kata qalbiyah adalah qalb yang merupakan bentuk masdar (kata benda dasar) dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik. Sedangkan kata qalb itu sendiri berarti hati atau jantung. Jantung itu disebut qalb karena memang secara fisik keadaannya terus-menerus berdetak dan bolak-balik memompa darah. Namun dalam pengertiannya yang psikis, qalb merupakan suatu keadaan rohaniah yang selalu bolak-balik dalam menentukan suatu ketetapan.
Dalam hal ini, al-ghazali (451-505 H/1059-1111 M) menjelaskan adanya dua pengertian qalb. Pertama, dalam pengertian kasar, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulat panjang, terletak didada sebelah kiri yang didalamnya terdapat rongga-rongga dan disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan atau rohaniah, yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap pengertian, pengetahuan dan arif.
Dengan demikian, dapat ditarik benang merah bahwa, kepekaan qalbiyah merupakan bentuk sifat dan rasa yang akan mengarahkan manusia kepada rohaniah ataupun ketuhanan sehingga dapat menyentuh atau menangkap pengertian, pengetahuan dan arif yang nantinya akan mengantarkan kepada hakikat manusia itu sendiri.
Multi Kecerdasan Sebagai Dimensi Kepekaan Qalbiyah
Untuk sampai pada seseorang mempunyai kepekaan qalbiyah, banyak hal yang perlu untuk diperhatikan. Akan tetapi terdapat beberapa hal mengenai kecerdasan yang bisa dijadikan sebagai dimensi dalam kepekaan qalbiyah, yakni :
Kecerdasan Intelektual. Menurut Ary Ginanjar Agustian yang dimaksud dengan kecerdasan ini adalah kecerdasan kognitif, analisis logika, dan rasionya. Hal ini berkaitan dengan kesadaran akan sesuatu yang tampak, keterampilan dalam berbicara, kesadaran akan ruang. Kecerdasana intelektual berkaitan dengan kemampuan manusia dalam menggunakan akal atau rasionya ketika mengahadapi dan memahami sesuatu. Dengan kecerdasan ini manusia mampu menyimpan pengetahuan yang telah di dapat, kemudian juga dapat mengeluarkan kembali disaat kebutuhan akan hal itu datang. Kecerdasan intelektual dapat diperoleh dengan belajar, dan kesemuanya tergantung pada usaha masing-masing untuk memiliki kecerdasan intelektual ini.
Kecerdasan Emosional. Menurut Peter kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk mensinergikan antara perasaan dengan pikiran melalui kenali,meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Hal ini berhubungan dengan kemampuan membaca lingkungan politik dan sosial.
Dan dapat dipahami pula bahwa kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaan atau emosi, sehingga akan menimbulkan keteguhan hati dan penuh motivasi.
Kecerdasan Spiritual. Nilai-nilai spiritual sudah terkandung atau ada sejak manusia dilahirkan. Dan semakin terasa setelah orang menginjak dewasa, tapi tergantung pada usaha untuk mengembangkan potensi yang telah ada dalam diri manusia. Kecerdasan spiriyual sendiri adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku, tindakan dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya. Manusia yang mempunyai kecerdasan spiritual tidak akan memiliki perasaan putus asa ataupun lelah dalam kegiatan yang dilakukannya. Hal ini karena terintegrasi prinsip kepada Allah dan karena Allah.
Dari hal tersebut jelas bahwa, antara kecerdasan intelektual. Emosional, dan spiritual mempunyai hubungan dan berkaitan sangat erat satu dengan yang lainnya, yang nantinya akan mempengaruhi pada jiwa dan hati pada yang memilikinya.
Jadi kecerdasan-kecerdasan yang banyak dimiliki seseorang akan bisa menjadi ukuran atau pandangan akan kepekaan qalbiyah seseorang.
Menurut pandangan Ibnu sina kecerdasan tersebut pada dasarnya ada dua tipe:
Pertama, kecerdasan praktikal (‘aql-al-amila) atau kecerdasan kerja. Tipe kecerdasan ini berhubungan dengan aspek-aspek praktikal dalam kehidupan sehari-hari. Secara fungsional kecerdasan praktikal disini adalah untuk memisahkan, menganalisis, memperhatikan dengan rinci, membedakan dan berfikir deduktif. Kecerdasan praktikal membantu individu dalam menilai kenyataan sehari-hari dan berjuang untuk mempertahankan hidup.
Kedua, kecerdasan abstrak dan universal (‘al-aql-alima). Tipe kecerdasan ini berarti kemampuan pikiran dalam hal teoritis dan abstrak. Fungsinya mencakup kemampuan untuk mempersiapkan keseluruhan atau suatu keutuhan, kemampuan berfikir induktif, kecerdasan psikologis dan filosofis, seperti halnya, merenung, merfleksi, aspirasi religious, dan nilai-nilai keindahan. Pada tingkat yang lebih tinggi, ekspresi kreatif dari jiwa manusia yang merupakan bentuk dari kecerdasan abstrak seperti, penemuan ilmiah, spiritual dan ekspresi mistikal.
Konsep kecerdasan partikal dan abstrak sejajar dengan proses berfikir sekunder yang merupakan tingkat tertinggi dari fungsi ego dalam psikologi ego. Proses berfikir sekunder tersusun dari kecerdasan sensorik motorik, fungsi ego otonom, mekanisme pertahanan diri, dan proses berfikir primer.
Faktor Yang Mempengaruhi Kepekaan Qalbiyah
Sebagai motivator dalam upaya meningkatkan kepekaan qalbiyah adalah sesuatu yang terdapat dalam diri sesorang. adapun sesuatu tersebut ialah hal-hal yang menyangkut persoalan jiwa dan hati, dimana kedua unsur inilah nantinya akan berfungsi mengontrol segala aktivitas rohaniah yang akan mengarahkan sesorang untuk lebih fokus terhadap segala hal. Dalam pengertian lain dapat dikatakan bahwa jiwa dan hati merupakan wadah dari segala unsure pendorong manusia yang terdapat dalam jiwa dan hati itu sendiri.
Dibawah ini akan disebutkan beberapa unsure pendorong kepekaan qalbiyah yang terdapat dalam jiwa dan hati manusia.
- Faktor tingkat keimanan kita memiliki pengaruh yang sangat vital dalam upaya untuk menyentuh kepekaan hati kita, Khususnya pada aspek iman qalbi ‘amali (keimanan yang berupa keyakinan hati yang bersifat praktis), yang akan menghasilkan keikhlasan dan sensitivitas hati.
- Kesucian diri ataupun jiwa yang bersih merupakan factor penting yang juga harus ditanamkan didalam diri kita, dengan berusaha selalu menjaga dan meningkatkan ketaatan, serta menjauhi kemaksiatan.
- Lebih memprioritaskan do’a dan munajat khusus untuk memohon dengan tulus dan ikhlas kepada Allah agar dikaruniai penghayatan dan kepekaan seperti apa yang telah diharapkan
- Introspeksi diri (muhasabah) untuk mengenang dan mengingat dosa-dosa yang telah lalu, baik berupa kewajiban-kewajiban yang dilalaikan dan ditinggalkan tanpa udzur syar’i, maupun berupa larangan-larangan yang dilanggar. Tentu saja tujuan utamanya adalah untuk senantiasa melakukan tobat dengan taubatan nashuuha (tobat yang sebenar-benarnya dan semurni-murninya), yakni tobat yang benar sesuai syarat-syaratnya, yang jujur dan yang sungguh-sungguh, dengan antara lain memperbanyak istighfar dan memohon ampun kepada Allah. Hal itu karena salah satu penghalang utama kepekaan hati adalah banyaknya kemaksiatan dan dosa yang meninggalkan noda-noda hitam yang menutup hati (lihat HR.Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasaa-i dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu). Maka agar bisa peka, hati harus dibersihkan dari noda-noda hitam tersebut dengan tobat dan istighfar.
- Khusus tentang persiapan hati dan pikiran, upaya harus optimal agar terbangun sikap totalitas hati dan pikiran (madhep manteb) dalam menghadap Allah dan bermunajat pada-Nya.
Metode pengembangan kepekaan qalbiyah dengan pendekatan AL-Qur’an
Al-Qur’an merupakan pegangan dan pedoman umat islam yang isinya tidak diragukan lagi, karena di dalamnya mencakup aspek-aspek kehidupan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Banyak hal yang bisa kita dapat temui jika dikaji secara dalam.
Al-Qur’an juga merupakan pendidikan terlengkap baik itu pendidikan kemasyarakatn,moral, maupun spiritual, serta material dan alam semesta.
Hal ini berarti, Al-Qur’an orientasi yang di muat dan dikembangkan Al-Qur’an untuk kepentingan manusia. Dan keberdaannya tidak hanya berfungsi sebagai bacaan semata, akan tetapi lebih penting lagi bagi yang selalu membaca dan merenungkan apa yang dimakusud di dalamnya akan menjadikan jiwa tentram, hati yang tenang, dan mempunyai kepekaan terhadap ketuhanan yang nantinya menjadikan jiwa-jiwa yang selalu rindu pada Tuhannya.Sehingga Al-Qur’an merupakan multifungsi bagi kehidupan manusia, tidak hanya untuk dibaca tetapi juga metode atau jalan untuk lebih mempertajam hati dan peka terhadap perintah Tuhannya.
Urgensi kepekaan qalbiyah bagi pembangunan seutuhnya.
Pendidikan mempunyai banyak peranan dalam membantu manusia agar mencapai pertumbuhan jasmani dan rohani secara optimal. Yang akan menjadi jalan dalam pembangunan yang lebih baik. Tidak akan terjadi suatu pembangunan jika sumber daya manusia yang ada tidak memenuhi syarat dan tidak mendukung untuk berlangsungnya hal tersebut. Akan tetapi disamping pendidikan yang peranannya sangat penting ini, perlu di iringi dan di imbangi dengan manusia yang mempunyai multi kecerdasan dan kepekaan hati sehingga dapat membaca fenomena-fenomena lingkungan dan masyarakat demi kelancaran dan kealangsungan menuju pembangunan seutuhnya. Artinya banyak hal yang perlu dimiliki untuk dapat mencapai sebuah tujuan yakni pembangunan seutuhnya sebagai sarana proses pelaksanaan secara baik. Dan pentingnya disini akan kepekaan qalbiyah terhadap pembangunan seutuhnya jelas diperlukan karena berhubungan dengan cara menghadapi persoalan yang nantinya muncul dalam prosesnya untuk meminimalisir terhambatnya tersampainya tujuan.
Kata dasar dari kata qalbiyah adalah qalb yang merupakan bentuk masdar (kata benda dasar) dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik. Sedangkan kata qalb itu sendiri berarti hati atau jantung. Jantung itu disebut qalb karena memang secara fisik keadaannya terus-menerus berdetak dan bolak-balik memompa darah. Namun dalam pengertiannya yang psikis, qalb merupakan suatu keadaan rohaniah yang selalu bolak-balik dalam menentukan suatu ketetapan. dan multi kecerdasan dalam dimensi kepekaan qalbiyah menyangkut intelektual, emosional, dan spiritual. Sertan terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan kepekaan qalbiyah.
Dan dapat pula difahami bahwa Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai metode untuk kepekaan qalbiyah. Dan qalbiyah sangat penting dimiliki dalam proses pembangunan seutuhnya