Alfan Fazan Jr.: Sosial - Oretan tentang pendidikan di Indonesia
Tampilkan postingan dengan label Sosial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sosial. Tampilkan semua postingan
Masalah Penyimpangan Sosial
0

Masalah Penyimpangan Sosial

Dasar pengakategorian penyimpangan didasari oleh perbedaan perilaku, kondisi dan orang. Penyimpangan dapat didefinisikan secara statistik, absolut, reaktifis atau normatif. Perbedaan yang menonjol dari keempat sudut pandang pendefinisian itu adalah pendefinisian oleh para reaktifis atau normatif yang membedakannya dari kedua sudut pandang lainnya. Penyimpangan secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana penyimpangan itu adalah terlarang atau terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif tergantung dari besarnya perbedaan sosial yang ada di masyarakat.

Masyarakat dan Penyimpangan
Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah. Adalah sulit untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang menganut norma yang sama sehingga ada perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan tidak menyimpang. Orang yang dianggap menyimpang melakukan perilaku menyimpang. Tetapi perilaku menyimpang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi seorang penyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang mengadopsi peran penyimpang, atau yang disebut penyimpangan sekunder. Para penyimpang mempelajari peran penyimpang dan pola-pola perilaku menyimpang sama halnya dengan orang normal yang mempelajari peran dan norma sosial yang normal. Untuk mendapatkan pemahaman penuh terhadap penyimpangan diperlukan pengetahuan tentang proses keterlibatan melakukan perilaku menyimpang dan peran serta tindakan korbannya.

Penyimpangan Sebagai Suatu Proses
Perilaku menyimpang adalah perilaku manusia dan dapat dimengerti hanya dengan kerangka kerja perilaku dan pikiran manusia lainnnya. Seseorang menjadi penyimpang sama halnya dengan seseorang menjadi apa saja, yaitu dengan proses belajar norma dan nilai suatu kelompok dan penampilan peran sosial. Ada nilai normal dan ada nilai menyimpang. Perbedaannya adalah isi nilai, norma dan peran. Melihat penyimpangan dalam konteks norma sosial membuat kita dapat melihat dan mengintepretasikan arti penyimpangan bagi penyimpang dan orang lain. Peran penyimpang adalah peran yang kuat karena cenderung menutupi peran lain yang dimainkan seseorang. Lebih jauh lagi, peran menyimpang menuruti harapan perilaku tertentu dalam situasi tertentu. Pecandu obat menuruti harapan peran pecandu obat seperti juga penjahat menuruti harapan peran penjahat.

Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Pengertian yang penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi penyimpang. Studi observasi dapat memberikan pengertian langsung yang tidak dapat diberikan metode lainnya. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang menghadapi penolakan atau stigma dari orang non penyimpang disebut dengan teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya, dan tidak semua teknik digunakan oleh setiap penyimpang. Teknik-teknik yang digunakan oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan fisik, rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah menjadi tidak menyimpang.

Teori-Teori Individu tentang Penyimpangan
Pendekatan individu tentang penyimpangan mengkaitkan proses menjadi penyimpang dengan sesuatu yang ada dalam diri manusia, psikologi atau biologi. Teori individual sama dengan model pandangan medis yang mengkaitkan penyimpangan dengan kesakitan (illness), yang membutuhkan perawatan dan penyembuhan. Pandangan psikiatri dan psikoanalisis adalah sama dalam hal mencari akar penyimpangan pada pengalaman masa kecil, tetapi pandangan psikoanalisis lebih menekankan keterbelakangan dalam perkembangan kepribadian, konflik seksual dan alam pikiran bawah sadar. Tetapi tidak ada metode yang dapat membuktikan perbedaan yang konsisten antara penyimpang dan non penyimpang berdasarkan kepribadian bawaan.

Studi pelanggaran terhadap norma sosial, atau pelanggaran peraturan tidak hanya dipelajari oleh sub bidang sosiologi penyimpangan. Bidang analisis sosiologi lainnya yang juga mengkaji masalah tentang pelanggaran tersebut oleh para sosiolog disebut sebagai masalah sosial dan kriminologi. Perbedaan dalam hal analisisnya dengan studi penyimpangan sosial digambarkan dalam gambar berikut ini.

Kriminologi
Masalah sosial adalah daerah penelitian yang umum dan termasuk di dalamnya penyimpangan sosial dan kriminologi. Masalah sosial adalah isu-isu sosial yang oleh banyak orang diberikan penjelasan dan resolusi yang berbeda-beda atau dianggap masalah atau merugikan kesejahteraan masyarakat. Masalah sosial biasanya ditandai dengan klaim-klaim yang bertentangan dari banyak orang dan kelompok kepentingan terhadap isu-isu tertentu. Isu-isu tersebut termasuk pencemaran udara, kenakalan anak, aborsi, kejahatan, perkosaan, diskriminasi ras dan etnik, pengangguran dan korupsi.

Walaupun penyimpangan sosial didefinisikan sebagai masalah sosial, tetapi tidak semua masalah sosial adalah penyimpangan, di mana aturan-aturan sosial telah dilanggar. Pada penyimpangan sosial pelaku pelanggaran norma dapat ditemukan. Sementara dalam masalah sosial, pelakunya dapat dikategorikan sebagai individu, jaringan organisasi atau masyarakat itu sendiri.

Termasuk di dalam studi penyimpangan sosial adalah kriminologi. Penyimpangan sosial mempelajari perilaku dan mereka yang dianggap sebagai pelanggar aturan. Sedangkan kriminologi adalah studi tentang orang-orang yang melanggar aturan-aturan resmi yang disebut hukum. Kejahatan adalah suatu perilaku yang dianggap sebagai perilaku yang melanggar hukum. Ini adalah bentuk khusus perilaku menyimpang yang secara formal dan resmi ditetapkan oleh penguasa. Banyak jenis penyimpangan yang bukan kejahatan. Tetapi semua kejahatan adalah penyimpangan. Misalnya sakit jiwa bisa dianggap penyimpangan tetapi bukan kejahatan.

Sosiologi yang mempelajari penyimpangan sosial dan kriminologi mempunyai banyak kesamaan. Bahkan keduanya banyak meneliti bentuk-bentuk penyimpangan kriminal maupun penyimpangan non kriminal. Peneliti dari dua bidang ini memberikan perhatian pada sumber-sumber perilaku menyimpang, reaksi terhadap individu dan reaksi institusi terhadap perilaku menyimpang dan penyimpang, formasi kelompok penyimpang dan sub kebudayaan penyimpang, serta sosialisasi ke dalam peran-peran penyimpang. Walaupun dari sudut sejarah terdapat perbedaan mengenai teori dan pengertian tentang isu-isu yang perlu dipelajari antara penyimpangan sosial dan kriminologi, tetapi masih banyak sejumlah persamaan dari keduanya. Studi penyimpangan sosial seringkali menggunakan data-data kriminologi untuk mengilustrasikan secara teoritis keberadaan perilaku menyimpang secara umum.

Ada banyak persilangan pemikiran antara penyimpangan sosial dan kriminologi. Beberapa sosiolog menganggap penyimpangan sosial sebagai dasar penjelasan teoritik terhadap kriminologi dan studi masalah sosial. Sementara sosiolog lainnya lebih menitikberatkan pada perkembangan perspektif teoritis dan model konseptual yang lebih khusus terhadap fenomena yang berbeda yang dipelajari oleh masing-masing disiplin ilmu.

Seperti juga subbahasan sosiologi lainnya, studi penyimpangan sosial memberikan sumbangan terhadap pemahaman lebih mendasar akan ciri-ciri masyarakat dan perilaku manusia. Ia memberikan pemahaman terhadap variasi gambaran kehidupan normal sehari-hari. Modul Sosiologi Perilaku Menyimpang ini sebagian besar pembahasannya bersumber dari buku Sociology of Deviant Behaviour karya Marshal B. Clinard dan Robert F. Meier. Sistematika penulisannya juga mengikuti alur buku aslinya. Pembahasannya mencakup variasi dalam pola sosialisasi, permainan peran, afiliasi kelompok, kelompok organisasi, interaksi antara kelompok, gaya hidup, sikap, nilai, kehidupan keluarga, kontrol sosial dan perubahan sosial. Semua itu merupakan komponen masyarakat dan perilaku yang menjadi fokus perhatian para sosiolog.
Macam-macam Tanggung Jawab 0

Macam-macam Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah lakunya yang di sengaja maupun tidak di sengaja. Menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral. Tetapi manusia juga seorang pribadi, karena merupakan seorang pribadi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri. Dengan itu, manusia bertindak atau berbuat. Dengan hal ini manusia tidak akan luput dari kesalahan, kekeliruan. Baik di sengaja maupun tidak di sengaja. Adapun macam-macam tangugng jawab sebagai berikut:

  • Tanggung jawab kepada keluarga, Keluarga adalah masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami, istri,ayah, ibu, anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga, keselamatan, pendidikan, kehidupan.
  • Tanggung jawab kepada masyarakat, Manusia dalah mahluk social manusia mrupakan anggota masyarakat. Oleh karena itu, dalam berfikir, bertingkah laku, berbicara, dan sebagainya. Manusia terikat dengan masyarakat.
  • Tanggung jawab kepada bangsa atau Negara, Setiap manusia adalah warga suatu Negara dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh Negara. Contoh : dalam novel jalan tak ada ujung karya mochtar lubis, guru Isa yang terkenal dengan guru baik, terpaksa mencuri barang¬-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru isa ini harus pula di pertanggungjawabkan kepada pemerintah. Kalau perbuatan diketahui ia harus berurusan denan pihak kepolisian dan pengadilan.
  • Tanggung jawab kepada Tuhan, Manusia ada tidak dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk ciptaan tuhan manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana pada dirinya yaitu pikiran,perasaan, swelurh anggota tubuhnya, dan alam sekitarnya.
Dalam mengembangkan dirinya manusia bertingkahlaku dan berbuat. Sudah tentu dalam perbuatannya manusia banyak berbuat kesalahan baik yang disengaja maupan tidak disengaja. Sebagai hamba tuhan, manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang salah itu atau dengan istilah agama atas segala dosanya.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia bersembahyang sesuai dengan perintah tuhan. Apabila tidak bersembahyang maka manusia harus bertanggung jawab terhadap kelalaiannya kelak diakhirat. Manusia hidup dalam perjuangan, begitulah firman tuhan. Tetapi bila manusia tidak bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus dipikul sendiri penderitaan akibat kelalaian adalah tanggung jawabnya. 

Meskipun manusia menutupi perbuatan yang salah dengan segala jalan. sesuai dengan kondisi dan kemampuannya, mislnya dengan hartanya, kekuasaannya, namun manusia tidak akan lepas dari tanggung jawab kepada tuhan.
Manusia dan Tanggung Jawab 0

Manusia dan Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda. 

Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Yang kami maksud adalah perasaan nurani kita, hati kita, yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif. Nabi bersabda: "Mintalah petunjuk pada hati (nurani)mu." 

Dalam wacana keislaman, tanggung jawab adalah tanggung jawab personal. Seorang muslim tidak akan dibebani tanggung jawab orang lain. Allah berfirman: "Setiap jiwa adalah barang gadai bagi apa yang ia kerjakan." Dan setiap pojok dari ruang kehidupan tidak akan lepas dari tanggung jawab. Kullukum râ'in wa kullukum mas'ûlun 'an Ro‘iyyatih.....
Tanggung jawab bisa dikelompokkan dalam dua hal. Pertama, tanggung jawab individu terhadap dirinya pribadi. Dia harus bertanggung jawab terhadap akal(pikiran)nya, ilmu, raga, harta, waktu, dan kehidupannya secara umum. Rasulullah bersabda: "Bani Adam tidak akan lepas dari empat pertanyaan (pada hari kiamat nanti); Tentang umur, untuk apa ia habiskan; Tentang masa muda, bagaimana ia pergunakan; Tentang harta, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia gunakan; Tentang ilmu, untuk apa ia amalkan." 

Kedua, tanggung jawab manusia kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di mana ia hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluq yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Kewajiban sangat erat kaitannya dengan eksistensi seseorang sebagai bagian dari masyarakat. Kita sadar bahwa kalau kita tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap orang lain, tidak pantas bagi kita menuntut orang lain untuk bertanggung jawab pada kita. Kalau kita tidak berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain akan berbuat adil pada kita. 

Ada sebagian orang yang berkata bahwa kesalahan-kesalahan yang ia lakukan adalah takdir yang telah ditentukan Tuhan kepadanya. Dan dia tidak bisa menolaknya. Satu misal sejarah; suatu ketika di masa Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan kemudian dibawa ke hadapan khalifah. Beliau bertanya: "Mengapa kamu mencuri?", pencuri itu menjawab "Ini adalah takdir. Saya tidak bisa menolaknya." Khalifah Umar kemudian menyuruh sahabat-sahabat untuk menjilidnya 30 kali. Para sahabat heran dan bertanya "Mengapa dijilid? bukankah itu menyalahi aturan?" Khlaifah menjawab "Karena ia telah berdusta kepada Allah." 

Seorang muslim tidak boleh melepas tangan (menghindar dari tanggung jawab) dengan beralasan bahwa kesalahan yang ia kerjakan adalah takdir yang ditentukan Allah kepadanya. Tanggung jawab tetap harus ditegakkan. Allah hanya menentukan suratan ulisan) tentang apa yang akan dikerjakan manusia berdasarkan keinginan mereka yang merdeka, tidak ada paksaan. Dari sinilah manusia dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Mulai dari hal yang sangat kecil sampai yang paling besar. "Barang siap yang berbuat kebaikan, walau sebesar biji atom, dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang berbuat kejelekan, walau sebesar biji atom, maka ia akan melihatnya pula" (al Zalzalah 7-8). 

Kata pertanggung jawaban yang kita peroleh sehari-hari dari kata “tanggung jawab” yaitu beban psikis (kejiwaan) dalam melakukan kewajiban. Kesanggupan seseorang terhadap suatu tugas yang wajib, akan berakibat suatu celaan jika tidak dilaksanakan. Apabila sudah meninggalkan tugas yang wajib, dapat diartikan melupakan kewajiban atau tidak bertanggung jawab.

Tanggung jawab adalah kesadaran yang terefleksi dalam berbagai tindakan. Dengan demikian, manusia tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab. Baik mahluk sosial, individual, bertuhan. Sehingga dimanapun dan kapanpun manusia dituntut untuk selalu bertanggung jawab. Hal ini terungkap dalam firman Allah di dalam al-qur an “manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang bertanggung jawab” disebut demikian, karena manusia selain merupakan mahluk individual dan mahluk social juga merupakan mahluk tuhan. Dalam kontek social manusia merupakan mahluk sosial manusia tidak akan hidup sendirian dengan nilai-nilai sendiri. Nilai yang sudah diperankan dalam jalinan social harus dipertanggung jawabkan.

Masalah tanggung jawab dalam kontek individual berkaitan demgan kontek teologis. Manusia sebagai mahluk individu harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan harus bertanggung jawab terhadap tuhannya (sebagai penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya dan terhadap tuhannya karena manusia sadar akan keyakinan terhadap nilai-nilai. Terutama terhadap nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama. Dalam agama islam ada tugas yang bersifat wajib artinya, suatu tugas yang harus di laksanakan. Kalau tidak di laksanakan akan menerima sangsi berupa dosa. Ada tugas yang bersifat sunnah artinya, tugas atau perintah allah yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala apabila di tinggalkan tidak mendapatkan dosa.

Lahirnya kewajiban-kewajiban ini adalah karena adanya hubungan antara manusia dengan manusia lain antara manusia dengan tuhannya. tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang di bebankan terhadap seseorang. Kewajiban dibagi menjadi dua bagian:
  • Kewajiban terbatas, kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada setiap orang tanpa dibeda-bedakan. Seperti undang-undang larangan membunuh, mencuri. Yang disampingnya dapat diadakan semacam hukuman.
  • Kewajiban tidak terbatas, kewajiban ini tanggug jawabnya di berlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi sebab sebab dijalankan oleh suara hati. Seperti keadilan dan kebajikan.
    Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan-kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya dan orang lain. Orang yang bertanggung jawab itu adil, adakalanya orang yang bertanggumg jawab tidak di anggap adil karena runtuhnya nilai-nilai yang di pegangnya. Orang yang demiklian akan mempertanggung jawabkan segala sesuatunya terhadap tuhan. Dia tidak nampak akn tetapi dia sudah menggerakan dunia beserta isinya. Jadi orang tersebut akan bertanggung jawab kepada tuhannya.
    Menurut drijaraka S.J. mengenai manusia dan wajib ini ditekankan pada: “wajib mencari arti ada dan hidup manusia, itulah salah satu dari wajib yang pokok dari manusia dalam abad atom ini”. Dikatakan bahwa unsur-unsur wajib untuk mencari arti hidup itu meliputi:
    • Manusia harus berani menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang terdalam itu dengan sikap terbuka. Manusia harus mencari kebenaran, jika sudah mengetahui jawabannya, manusia harus benar-benar mempertanggung jawabkannya.
    • Manusia harus berani mengadakan konfrontasi antara pandangan hidupnya dengan macam-macam soal dan pendapat baru yang timbul di lapangan.
    • Bila manusia merasa sudah mempunyai pegangan yang dapat dipertanggung jawabkan maka manusia harus berusaha membangun hidupnya sesuai dengan pandangannya itu.
      Selanjutnya ditegaskan, bahwa manusia wajib menyadari pertanyaan tentang: arti ada dan hidup ini, dengan sungguh-sungguh dan mencari jawabannya yang sebenarnya terutama kaum intelektual, sebab hanya dengan dasar itulah manusia dapat membangun kesusilaan, dank arena memiliki dan menjalankan kesusilaan inilah manusia dapat dianggap sebagai manusia adanya.

      Manusia mempunyai hokum kodrat, supaya manusia menjadi manusia seutuhnya manusia harus memiliki sikap dasar sperti siap sedia untuk semua kebaikan. Pendirian yang mendasar ini memuat banyak aspek itu adalah tanggung jawab. Bertanggung jawab berarti orang mengrti tentang perbuatannya. Rasa tanggung jawab dapat berupa siap sedia untuk melakukan manusia untuk mencari arti ada dan hidup ini. Hidup.

      Pada diri anak kecil dapat melakukan perbutan-perbuatan yang tanpa tanggung jawab, sehingga apabila perbuatan seprti bermain yang mengakibatkan kabakaran anak-anak tidak akan dituntut oleh hukum karena orang dewasa mengetahui bahwa anak-anak belum mengerti apa yang mereka lakukan. Lalu dihubungkan antara kemerdekaan pada manusia dengan tanggung jawab. Dipandang dari sudut kemerdekaan manusia, tanggung jawab berarti sikap atau pendirian yang menyebabkan manusia menetapkan bahwa dia hanya akan menggunakan kemerdekaannya untuk melaksanakan perbuatan susila. Dan sikap itu ditetapkan, karena manusia mengerti dan sadar akan tuntutan kodratnya. Itulah aspek positif dari tanggung jawab. Itu semua dapat diberi arti bahwa manusia yang betanggung jawab itu tidak mau diombang-ambingkan oleh sintimen dan oleh perasaan-perasaan waktu melaksaksanakan kewajiban itu.

      Hari depan bangsa terletak ditangan pemuda dengan slogan inilah membuat rasa tanggung jawab pada diri kaum pemuda. Sehingga semua perbuatan akan lebih sungguh-sungguh dan meyakinkan.