Dalam kehdupan sosial agama merupakan juru damai agama berperan sebagai sesuatu yang bersifat multi fungsional. Agama sebagai pemelihara ketertiban masyarakat. Agama sebagai penjaga kelestarian nilai-nilai kebaikan, dan sebagai pencipta integrasi sosial. Agama adalah instrument penasehat kebersatuan sudah sangat pantas dijalankan agama, bukan menjadikan agama sebagai pemicu tindakan radikalisme atau tindak kekerasan, hendaknya menjadikan simbol-simbol keislaman seperti jilbab, masjid, ka'bah sesuatu yang bermanfaat yang bisa menyebarkan perdamaian dan kerukunan tidak mengeksplortasikan untuk memprovokasikan.
Seharusnya umat islam melaksanakan pergeseran titik perhatian dari formalitas menjadi regiulitas. Dalam beragama yang terpenting adalah sisi penghayatan dan aktualisasi terhadap subtansi nilai-nilai luhur keagamaan. Intinya menjadikan agama sebagai pemandu kehidupan. Segala tingkah laku manusia harus di…. Atas moral agama. Bukan mengasingkan agama sebagai objek yang dikendalikan sekehendak hati manusia, akan tetapi menjadikan agama seabgai subjek pengendali perhatian bagi manusia.
Allah mewahyukan agama untuk manusia bukan manusia diciptakan untuk kepentingan agama. Dengan agama manusia bisa mendekati tuhan dan mengharap ridho darinya melalui amalan ibadah yang berdimensi ritual keagamaan dan kesalehan sosial. Agama merupakan kata kerja yang mencerminkansikap keberagamaan atau kesalehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Agama bukan kata benda yang hanya menjadi tumpukan ajaran dokterin dan hokum-hukum batu. Sejaauh ini masih banyak pemeluk agama islam yang menempatkan agama sebagai agama peribadatan, agama hanya menjadi wacana pasif karena pemeluknya merasa puas jika sudah memenuhi kewajiban ritualitasnya atau formalitas seremoni keberagamaannya.
Dari pergeseran agama ini mendorong pemeluknya lebih terfokus pada kesemarakan pelaksanaan ritualitas ditempat peribadatan. Orang ramai-ramai datang ke masjid lebih didorong oleh tuntunan aturan peribadatan atau kepuasan kerohaniannya masing-masing. Sehingga wajar jika kemudian berujung pada pencapaian kesalehan individual semata. Bahkan dengan agama cenderung membawa pemeluknya menjadi tidak toleran terhadap sesama. Oleh karena itu, sangat diperlukan berorentasi kembali dalam memahami keberagamaan. Keberagamaan ini perlu dipahami secara subtansial dengan lebih menekankan kepada pencapaian kualitas pengyatan terhadap hakikat ajaran agama. Seseorang yang mengartikan agama dengan menekankan demensi spiritualnya, akan cendrung bersikap apresatif terhadap nilai. Nilai luhur keagamaan, namun sebaliknya orang tersebut akan merasa terganggu oleh berbagai bentuk formalisasi agama, karena semua itu akan menghalangi maharnya nialai-nilai kegamaan.
Akibat dari pergeseran makna keagamaan ini berakibat serius terkadang cara memeluk agama memperlakukan ajaran agamanya. Apalagi umat islam Indonesia yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang pluralistic, yang perlu menampilkan agama sebagai etika, dimana agama diharapkan mampu menjelankan fungsi ini, agama bisa memprbaiki pemeluknya dari keperibadian eksterm menjadi. Moderat. Nah, jika agama bisa difungsikan seperti ini, agama akan berwacana aktip karena menurut para pemeluknya.