Remaja dan Problema Yang Terjadi
Umur remaja adalah umur peralihan dari anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadiannya atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemanya tidak sedikit. Telah banyak penelitian yang dilakukan orang dalam mencari problema yang umum dihadapi oleh remaja, baik di Negara yang telah maju, maupun yang masih berkembang dan di Negara kita sendiri pernah saya lakukan penelitian serupa pada tahun 1958 dalam rangka mempersiapkan tesis untuk mecapai gelar M.A. pada umumnya hasil yang dicapai oleh para peneliti di beberap Negara itu hampir sama.
Problema yang saya jumpai dalam penenlitian pada tahun 1958. masih tetap hangat dan tidak banyak berbeda dengan porblema yang dirasakan oleh remaja Indonesia sekarang ini (1976), perbedaannya hanya terletak pada kesangatan atau pada penonjolan satu problema daripada yang lain. Di antara problema yang dulu, dirasakan dan sekarang semakin tampak dengan jelas ialah :
Masalah Hari Depan
Setiap remaja memikirkan hari depannya, ia ingin mendapat kepastian, akan jadi apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan hari depan itu semakin memuncak dirasakan oleh mereka yang duduk di bangku unversita atau mereka yang berada di dalam kampus. Tidak jarang ktia mendengar kalimat-kalimat yang memantulkan kecemasan akan hari depan itu, misalnya :' hari depan suram", buat apa belajar", toh sama saja yang berijazah dan tidak berijazah sama-sama tidak dapat berkerja, dan sebagainya.
Kecemasan akn hari depan yang kurang pasti, itu telah menimbulkan berbagai problema lain, yang mungkin menambah suramnya masa depan remaja itu, misalnya, semangat belajar menurun, kemampuan berpikir berkurang, rasa tertekan timbul, bahkan kadang-kadang sampai kepada mudahnya mereka terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik, kenakalan dan penyalah gunaan narkotika. Perhatian mereka terhadap agama semakin berkurang, bahkan stidak jarang tejadi kegoncangan hebat dalam kepercayaan kepada Tuhan. Contoh dalam hal ini, sangat banyak, dapat anda perhatikan sendiri dalam setiap kampus.
Termasuk dalam pemikiran akan hari depan itu, masalah pembentukan rumah tangga di masa depan yang tidak jauh, keududukannya dalam masyarakat dan hari depan masyarakat dan bangsanya.
Masalah Hubungan Dengan Orang Tua.
Inipun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari dulu samapi sekarang. Seringkali terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dan anak-anaknya yang telah remaja atau dewasa. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja mengkuti arus dan mode, seperti rambut gondrong, pakaian kurang sopan, lagak lagu dan terhadap orang tua kurang hormat. Dalam pengalaman saya merawat orang-orang yang menderita jiwa, banyak saya jumpai ketidaksadarasian hubungan antara remaja dan orang tuanya. Yang menderit bukan remaja saja, tapi orang tua kadang-kadang menderita lagi. Ada remaja yang patah semangat, mogok belajar, menjadi nakal, melawan kepada orang tua, merusak barang-barang di rumah, lari dari rumah, benci kepada orang tua, bahkan kadang-kadang sampai kepada niat akan membunuh orang tuanya karena sangat paniknya.
Masalah Moral dan Agama
Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama dikota-kota besar barangkali pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing semakin meningkat melalui film, bacaan, gambar-gambar dan hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang datang dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agma akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah-ubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena nilai agama itu absolute itu dalam kehdidupannya sehari-hari dan tidak akan terpengaruh oleh arus kemerosotan moral yang tejadi dalam masyarakat serta dapat mempertahankan ketenangan jiwanya.
Sesungguhnya masih banyak lagi problema yan gdihadapai oleh pemuda-pemuda kita, baik yan gdalam kampus, maupun di luar kampus. Sekedar contoh kita cukupkan saja sekian.
Membina Kehidupan Beragama Dalam Kampus.
Sasaran pembinaan kehidupan beragama dalam kampus adalah manusia muda, yang masih dalam partumbuhan, yaitu mereka yang berada pada umur pembinaan terakhir, berkisar pada umur (18-24 tahun). Seperti telah kita jelaskan di atas, bahwa pemuda pemudi dala umur tersebut dapat digolongkan remaja dan dan dewasa muda. Mereka buakn lagi anak-anak yang dapat ktia nasihati, didik dan ajar dengan mduah dan bukan pula oran gdewasa yang dapat kita lepaskan untuk bertanggung jawab sendir atas pembinaan pribadinya, tapi merak adalah oran g- orang yang seang berjuang unutk mencapai kedudukan sosial yang mereka inginkan, dan bertarung dengan bermcam-macam problema hidup untuk memastikan diri, serta mencari pengangan untuk menentramkan batin dalam perjuangan hidup yang tidak ringan itu.
Keadaan jiwa pemuda-pemudi dalam kampus yang unik dank has seperti itu, perlu diperhatikan dalam penghayatan agama , yang akan menjadi bekal hidup yang abadi bagi mereka.
Tunjukkanlah Bahwa Kita Memahami Mereka
Seorang Pembina jiwa, harus dapat memahami orang yang akan dibinanya. Secara umum telah kita sebutkan cirri, sifat dan problema remaja, namun secara perorangan kita pun perlu berusaha mengetahui apa yang mereka rasakan. Mungkin saja mereka telah melakukan sesuatu yang menurut ajaran agama terlarang atau tercela, lalu mereka bertahan (membela diri secara diam-diam atau terang-terangan). Adalah tidak bijaksana kalau kita mengabaikan perasaan dan pertarungan jiwa yang mereka alami itu, lalu misalnya kita mencela mereka serta menunjukkan hukum dan ketentuan-ketentuan agama tanpa penganalisaan, mengapa hokum agam itu demikian. Maka sebaiknya kita tunjukkan bahwa apa yang mereka alami, rasakan atau derita kita pahami dan akui bahwa sukar mengatasinya. Sesudah itu barulah kita mengemukakan ajaran agama yang mengenai hal itu dengan dengan mencarikan hikmah dan manfaat dari ketentuan agama, yang secara sederhana mungkin terasa berat oleh pemuda/pemudi dalam kampus.
Setiap orang terutama remaja akan merasa senang, apabila orang lain dapat memahaminya dan mengerti perasaannya . dengan demikian mereka akan merasa simpati kepada orang yang mau mengerti perasaan dan penderitaannya. Apabila rasa simpati itu telah tercipta, biasanya mereka akan dengan mudah menerima saran dan nasihat kita. Jangan sampai kita melengahkan gejolak jiwa yang sedannnnng mengamuk dalam dada masing mereka.
Pembinaan Secara Konsultasi
Hendaknya setiap pembina kehidupan beragama itu, menyadari bahwa yang akan dibina itu adalah jiwa, yang tidak terlihat, tidak dapat dipegang atau diketahui secara langsung. Karena itu hendaklah terbuka untuk menampung atau mendengar ungkapan perasaan yang dialami oleh masing-masing mereka. Kadang-kadang perlu disediakan waktu untuk mendengar keluh kesah mereka secara berkelompok dan secara perorangan kalau perlu. Dalam kersempatan seperti itu , yang sangat diperlukan adalah kemampuan mendengar secara baik dan aktif, inilah yang dinamakan seni memndengar. Dengan itu berarti kita telah memberi kesempatan kepada pemuda/pemudi itu unutk menumpahkan segala yang menegangkan perasaannya (release of tension). Dengan tertuangnya keluar segala yang menegangkan perasaan itu, akan terbukalah hati mereka sesudah itu untuk menerima saran atua alternatif-alternatif penyelesaian dari segala problema itu, tentunya kita ambilkan dari ajaran dan ketentuan agama, yang pasti telah terjamin baiknya.
Menurut pengalaman menghadapi mereka yang menderita jiwa dengan segala macam gejalanya, terasa sekali betapa besarnya cara itu dalam pembinaan remaja. Tidak jarang saya melihat perubahan besar terjadi pada remaja hanya dalam, sekali atau dua kali pertemuan konsultasi saja. Sikap benci dan antipati kepada orang tua, guru, peminpin dan kadang-kadang terhadap agama, menjadi berubah cepat sekali, setalah batinnya lega karena telah tertumpahkan keluar dihadapan orang yang mau mendengarkan dan memahaminya.
Saya rasa semua petugas dalam pembinaan kehidupan beragama, tak lain adalah pembina jiwa atau konsultan jiwa. Sukses atau tidaknya mereka dalam melakukan pembinaan, tergantung kepada kemampuan dan kecakapan mereka untuk membina itu. Pemuda-pemudi yang kan dibina adalh orang-orang muda yang haus akan bimbingan, nasihat dan petunjuk. Mereka sedang memncari jalan untuk mempersiapkan hari depan yang diangan-angankan.
Dekatkan Agama Kepada Hidup
Hukum dan ketentuan agama itu perlu mereka ketahui. Di samping itu yang lebih penting ialah, menggerakkan hati mereka untuk secara otomatis terdorong untu,k mematuhi hukum dan ketentuan agama. Jangan sampai pengertian dan pengetahuan mereka tentang agama hanya sekedar pengetahuan yang tidak berpengaruh apa-apa. Dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Untuk keperluan usaha pendekatan agama dengan segala ketentuannya kepada kehidupan sehari-hari dengan mencarikan hikmah dan manfaat setiap ketentuan agama itu. Jangan sampai mereka menyangka bahwa hukum dan ketentuan agama merupakan perintah Tuhan yang terpaksa mereka patuhi, tanpa tanpa merasakan manfaat dari kepatuhannya itu. Hal itu tidak dapat dicapai dengan penjelasan sederhana saja, tapi memerlukan pendekatan-pendekatan secara sungguh-sungguh, yang didasarkan atas pengertian dan usaha yang sungguh pula.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa pembinaan kehidupan beragama dalam kampus, bukanlah suatu usaha yang dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana, tapi memahami dan mengusai berbagai ilmu alat sebagi bekal untuk membawa mereka dekat kepada agama dan membawa agama kedalam kenyataan hidup mereka sehari-hari.