Memahami Hakikat Belajar dan Mengajar : Sebuah Ulasan - Alfan Fazan Jr.
Memahami Hakikat Belajar dan Mengajar : Sebuah Ulasan

Memahami Hakikat Belajar dan Mengajar : Sebuah Ulasan

Belajar dan mengajar merupakan dua proses yang saling berkaitan erat dan tak terpisahkan dalam dunia pendidikan. Winkel (1989) mendefinisikan belajar sebagai kegiatan psikologis yang terjadi dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Senada dengan itu, Slameto (1995) memandang belajar sebagai proses perubahan akibat interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup, mencakup perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap, cara berpikir, adaptasi, dan lainnya. 

Kedua definisi tersebut menegaskan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dinamis dan bermakna, di mana individu secara aktif terlibat dalam proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru melalui interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar ini tidak terbatas pada ruang kelas, tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. 

Lebih lanjut, belajar dimaknai sebagai upaya manusia untuk mencapai tiga ranah utama: kognitif, afektif, dan psikomotor. Di ranah kognitif, belajar bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Di ranah afektif, belajar menumbuhkan sikap dan nilai yang positif. Sedangkan di ranah psikomotor, belajar mengembangkan keterampilan dan kemampuan fisik. Proses belajar yang efektif terjalin erat dengan peran guru dalam mengajar. 

Sudjana (dalam Djamarah, 1995) mendefinisikan mengajar sebagai suatu proses yang melibatkan pengendalian, pengaturan, motivasi, bimbingan, fasilitasi, dan pemberian umpan balik kepada siswa. Proses mengajar tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses pembelajaran itu sendiri. 

Oleh karena itu, guru perlu memiliki alat evaluasi yang komprehensif untuk menilai setiap langkah proses belajar siswa. Evaluasi ini bukan hanya untuk mengukur penguasaan materi, tetapi juga untuk melihat perkembangan sikap, keterampilan, dan cara berpikir siswa. 

Dengan memahami hakikat belajar dan mengajar, diharapkan terjalin sinergi yang harmonis antara kedua proses tersebut. Guru dapat merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna, sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. 

Referensi: 
  • Winkel, W. S. (1989). Psikologi Pengajaran (edisi ke-4). Jakarta: PT Gramedia. 
  • Slameto. (1995). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 
  • Djamarah, S. B. (1995). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Share with your friends