Pembelajaran Individual dikenal dengan The Individualized Education Program (IEP) yang diprakarsai oleh SAMUEL GRIDLEY HOWE tahun 1971, yang merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). Bentuk pembelajaran ini sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1992, yang merupakan satu rancangan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) agar mereka mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya dengan lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). MERCER and MERCER (1989) mengemukakan bahwa “program pembelajaran individual menunjuk pada suatu program pembelajaran dimana peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) bekerja dengan tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi dan motivasinya”. Hal ini disebabkan karena perbedaan antara individu pada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) sangat beragam, sehingga layanan pendidikannya lebih diarahkan pada layanan yang bersifat individual, walaupun demikian layanan yang bersifat klasikal dalam batas tertentu masih diperlukan.
Question 1 of 4
Bagaimana cara anda melakukan identifikasi terhadap peserta didik yang anda rasakan berbeda dengan peserta didik lainnya?
Tuliskan minimal 150 kata
Jawaban
Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus dilakukan dengan melihat kodisi fisik peserta didik, kemampuan kognitif, dam laporan dari orang tua/keluarga. pertama dengan melihat kondisi fisik anak. Identifikasi kondisi fisik anak dapat dilakukan dengan melihat langsung menggunakan indera manusia (indera penglihatan dan pendengaran), tetapi guru jangan langsung menetapkan anak berkebutuhan khusus. Kedua, guru kelas melakukan identifikasi saat mulai pembelajaran berlangsung, sehingga saat pembelajaran dapat dilihat bagaimana siswa mengikuti pembelajaran. Guru mencatat, mengamati dan memberikan sedikit soal/tes untuk mengetahui kemampuan anak. Ketiga, dengan melakukan wawancara dengan orang tua atau keluarga anak sehingga dapat diketahui riwayat perkembangan atau riwayat kebutuhan khusus dari anak tersebut.
Ada beberapa langkah dalam rangka pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan khusus. Untuk anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa pada sekolah tertentu, identifikasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Menghimpun data tentang anak, Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas (berdasar gejala yang nampak pada siswa) melalui instrumen-instrumen daftar ceklist perkembangan anak, baik secara fisik atau psikis. Bisa juga dengan membaca hasil tes psikologi yang pernah dilakukan anak sebelumnya.
- Menganalisis data dan mengklasifikasi anak, Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong anak dengan kebutuhan khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri dan standar nilai yang telah ditetapkan. Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam daftar nama-nama anak yang berindikasi kelainan. Sedangkan untuk anak-anak yang tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar khusus tersebut. Kemudian data ini bisa dilanjutkan lagi kepada ahli PLB / Orthopedagog untuk ditindaklanjuti.
- Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah, Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan kepada Kepala Sekolah untuk mendapat saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
- Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference), Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data anak dengan kebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat melibatkan: (1) Kepala Sekolah sendiri; (2) Dewan Guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga professional terkait, jika tersedia dan dimungkinkan; (5) Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) jika tersedia dan memungkinkan.
- Menyusun laporan hasil pertemuan kasus, Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya perlu dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus
Question 2 of 4
Kapan asesmen dan planing matrix dapat dilaksanakan? Jelaskan!
Jawaban:
Tujuan Planning Matrix
- Memetakan kondisi aktual akademik maupun kekhususan peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan.
- Menganalisis dampak dari masing-masing aspek kondisi aktual peserta didik berkebutuhan khusus baik akademik maupun kekhususannya.
- Menganalisis strategi layanan yang tepat pada ABK sesuai dengan kondisi dan kebutuhan khusus peserta didik berkebutuhan khusus baik akademik maupun kekhususannya.
Fungsi Planning Matrix
- Memudahkan guru/terapis dalam menetapkan kondisi awal aktual (baseline) peserta didik berkebutuhan khusus baik aspek akademik maupun kekhususan.
- Membantu guru/terapis dalam mempuan mapping kondisi peserta didik berkebutuhan khusus secara komprehensif.
- Memudahkan guru/terapis dalam menetapkan skala prioritas layanan kekhususan yang harus segera dilakukan.
Prosedur Pengembangan Planning Matrix
- Mengkategorikan data hasil asesmen berdasarkan jenis hambatan/ kelaianan peserta didik berkebutuhan khusus.
- Membuat tabel mapping peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan jenis hambatan/kelainannya sesuai dengan temuan asesmen.
- Menuangkan temuan kondisi aktual karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus pada tabel mapping yang telah dibuat.
- Menganalisis dampak temuan kondisi aktual peserta didik berkebutuhan khusus dan dituang pada tabel yang telah dibuat.
- Menganalisis strategi layanan pada setiap temuan kondisi aktual peserta didik berkebutuhan khusus dan dituangkan pada tabel yang telah dibuat.
- Menganalisis skala prioritas layanan berdasarkan berat ringannnya dampak yang telah dituangkan pada tabel tersebut.
Jadi, berdasarkan dari rumusan di atas, Assesmen dilakukan setelah dilakukan proses indetifikasi kepada peserta didik. Asesmen dipergunakan sebagai dasar pembuatan program bagi peserta didik. Namun sebelum pembuatan program bagi peserta didik dituangkan dahulu dalam planning matrix untuk mengetahui baseline peserta didik. Setelah dilakukan assesmen maka dilanjutkan dengan planning matrix. Planning matrix merupakan simpulan dari hasil asesmen. Planning matrix adalah mapping deskripsi tentang kondisi ABK secara individu yang menggambarkan tentang kondisi aktual hambatan karakteristiknya, dampak, strategi layanan dan media yang diperlukan dalam intervensi.
Question 3 of 4
Mengapa pengembangan kurikulum dalam bentuk akomodasi kurikulum merupakan program pembelajaran bagi PDBK sebagai sebuah kebutuhan ?
Tuliskan minimal 150 kata!
Jawaban:
Dikatakan sebagai sebuah kebutuhan dikarenakan pembelajaran bagi PDBK memiliki keunikan dibandingkan dengan pembelajaran dalam setting kelas peserta didik reguler. Ketika guru bagi PDBK melaksanakan pembelajaran, maka dalam praktiknya tidak cukup berpijak pada dokumen kurikulum yang disediakan secara standar nasional, misalnya hanya melihat KI-KD dan SKL, tetapi harus memanfaatkan hasil analisis asesmen.
Hal ini dikarenakan PDBK memiliki keunikan individu atau dengan kata lain, PDBK di dalamnya rentan terhadap perbedaan individual. Oleh karena itu, guru bagi PDBK harus memiliki keterampilan dalam melaksanakan pengembangan kurikulum. prinsip-prinsip pengembangan terdiri dari; relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas, efisiensi, prinsip berorientasi tujuan, prinsip model perkembangan kurikulum, prinsip keseimbangan, prinsip keterpaduan dan prinsip mutu. model pengembangan kurikulum untuk PDBK, sebagai berikut : 1) Model Kurikulum Reguler Penuh; 2) Model Kurikulum Reguler dengan Modifikasi ; 3) Model Kurikulum PPI; 4) Model Adaptasi.
Question 4 of 4
Jelaskan peran guru kelas atau guru mata pelajaran (mapel) dalam penyusunan PPI!
Tuliskan minimal 150 kata!
Jawaban:
Peran guru dalam Program Pembelajaran Individual adalah harus memastikan berorientasi pada peserta didik, Sesuai potensi dan kebutuhan anak, Memperhatikan kecepatan belajar masing-masing, Mengejar ketertinggalan dan mengoptimalkankemampuan.
Selain itu juga harus seuai dengan fungsi utama dari PPI tersebut.
Fungsi Program Pembelajaran Individual:
- Untuk memberi arah pengajaran; dengan mengetahui kekuatan, kelemahan dan minat peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) maka program yang diindividualisasikan terarah pada tujuan atas dasar kebutuhan dan sesuai dengan tahap kemampuannya saat ini.
- Menjamin setiap peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) memiliki suatu progrm yang diindividualkan untuk mempertemukan kebutuhan khs mereka dan mengkomunikasikan program tersebut kepada orang-orang yang berkepentingan.
- Meningkatkan keterampilan guru dalam melakukan asesmen tentang karakteristik kebutuhan belajar tiap peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) dan melakukan usaha mempertemukan dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK).
- Meningkatkan potensi untuk komunikasi antar atau dengan anggota tim, khususnya keterlibatan orang tua, sehingga sering beretemu dan saling mendukung untuk keberhasilan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) dalam pendidikan
- Menjadi wahana bagi peningkatan usaha untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih efektif.