Cerpen - The Miracle - Alfan Fazan Jr.
Cerpen - The Miracle

Cerpen - The Miracle


Di kelas XII IPS SMA Nusa Bangsa, pak Anton sedang bertanya kepada siswa-siswanya.

“Anak-anak … Bapak mau tanya cita-cita kalian setelah dewasa nanti mau jadi apa?”

“Saya mau jadi pengusaha pak” jawab Anggi ketika ditunjuk pak guru.

“Kalau Ana?” Tanya pak guru pada siswi yang berambut kepang di samping Anggi.

“Dokter pak” jawab Ana antusias.

“Kalau Sisi?” Tanya pak guru lagi.

“Mentri pak” serentak semua siswa menoleh pada Sisi dan serempak kemudian mereka tertawa terbahak-bahak.

“Kenapa ketawa?” Tanya pak guru penasaran.

“Haha… kalau mimpi tuh jangan ketinggian Sisi, nanti jatuh hilang nyawa lagi” seru salah satu siswa yang duduk di belakang.

“Masak peringkat 30 mau jadi mentri sih pak, gak sadar diri apa, ya gak teman-teman…” ejek Siska salah satu siswa terpandai di kelas itu.

Sisi merasa malu ditertawakan teman sekelasnya, ditambah ejekan Siska yang sangat menusuk sanubarinya.

Kringgg………. bel istirahat berbunyi. Semua siswa keluar kelas menuju kantin. Namun lain halnya dengan Sisi, ia termenung sendiri, tampaknya masih memikirkan perkataan Siska tadi.

“Bener juga kata Siska, mimpiku terlalu tinggi, mana mungkin bisa aku meraihnya” rutuknya dalam hati.

Duaarrrr…. seketika Roni mengagetkan Sisi yang tengah melamun.

“Roni kamu nih yach ngagetin aja” kata sisi dengan nada kesal. Roni adalah salah satu temannya dari kelas lain.

“Ya…ya.. maaf, habis kamu melamun sendiri sih, memangnya apa yang kamu pikirkan?” Tanya Roni pada Sisi yang tak biasanya melamun sendiri.

“Roni… kalau kita punya cita-cita yang tinggi emang gak boleh ya?” Tanya Sisi membuat Roni sedikit kebingungan.

“Boleh kok kata siapa gak boleh”

“Menurut kamu, aku bisa gak meraih cita-cita aku meskipun itu terlihat mustahil” Tanya Sisi mencoba mencari jawaban akan kegelisannya sedari tadi.

“Ya tentu bisa lah, asalkan kamu mau berusaha maksimal” kata Roni berhasil menjawab pertanyaan yang Sisi coba tanyakan pada dirinya sendiri.

“Oh ya… berarti aku punya kesempatan dunk” Sisi antusias dengan jawaban yang ditunggunya.

“Jadi itu yang bikin kamu melamun dari tadi?” Tanya Roni menggoda Sisi.

“Hehe…” Sisi hanya cengengesan sendiri.

“Kamu bisa bantu aku gak Ron?”

“Bantu apa?”

“Bantu belajar, kamu kan peringkat 3 di kelas kamu, pasti lebih pinter lah dari aku, mau ya?” pinta Sisi dengan penuh harap.

“Hem.. gimana ya?” Roni pura-pura berpikir, berniat menggoda Sisi. Lalu sejurus kemudian Roni mengangguk, meng iyakan pinta Sisi, temannya itu.

“Beneran Ron???” Tanya Sisi tak percaya. Roni pun kembali mengangguk pasti.

“Yes… makasih Ron… kamu emang temanku yang paling baik” seru Sisi kegirangan.

            Sejak obrolan itu, Sore harinya Sisi pergi ke rumah Roni untuk belajar bersama. Nampaknya mereka sangat serius tidak ingin diganggu. Dua hari sekali mereka belajar bersama baik di rumah Sisi ataupun di rumah Roni. Dan akhirnya tibalah musim ujian semester.

***
            Setelah dua minggu sehabis PTS, hari senin itu adalah pembagian raport. Semua siswa penasaran, merasa takut, gemetar, dan deg-degan. Sisi membuka lembar demi lembar raportnya. Dilihatnya peringkat saat ini, dan seperti biasa peringkat yang sedari dulu tak berubah. Angka 30 bertengger jelas di kotak peringkat.

“Ah… kenapa tak berubah, sia-sia aku belajar selama ini…” rengek Sisi mulai menangis.

“Hei… jangan bersedih begitu, masih ada semester akhir, kamu harus lebih keras lagi belajarnya…

            aku saja yang mengajari kamu gak putus asa kok” hibur Roni gak tega melihat mata Sisi yang mulai sembab.

“Sabar ya Sisi, ayo kita belajar lagi” Sisipun mengangguk perlahan.

            Sejak saat itu Sisi mulai bertekad untuk menghabiskan waktunya hanya untuk belajar dan belajar. Sehabis pulang sekolah Sisi tetap melakukan rutinitasnya belajar bersama Roni di rumah Roni. Dan setelah di rumahnya Sisi belajar sendiri, mengulang apa yang dipelajari bersama Roni.

***
            Tanggal 02 Mei adalah pengumuman siapa saja siswa yang lulus. Setiap siswa kelas akhir diberi amplop putih. Sisi membukanya perlahan, berharap hal baik datang padanya. Setidaknya dia lulus dengan nilai cukup.

SELAMAT!
NUR AZIZAH KAMAL
“LULUS”
MENJADI TERBAIK KE 3 SELURUH SMA SE KABUPATEN

            Sisi luruh dalam derai tangisnya. Dia benar-benar tak menyangka keajaiban itu benar-benar datang dalam hidupnya. Dulunya ia ranking 30, tapi sekarang malah menjadi terbaik tidak hanya di sekolahnya tapi seluruh SMA se Kabupaten. Semua teman-teman dan juga gurunya tidak menyangka jika mereka tidak melihat seberapa keras Sisi berusaha. Sungguh keajaiban yang luar biasa.

            Semua teman-temannya sibuk memperbincangkan universitas yang akan mereka pilih, sedangkan Sisi tak bisa berharap banyak, karena dia tidak akan mungkin bisa kuliah. Karena Ibunya sedang sakit, tidak punya harta ataupun tabungan. Ia hanya pasrah berharap keajaiban kembali datang.

            Sisi di panggil wali kelas ke ruang guru, pak Anton memberikan sebuah amplop coklat. Sisi pun membukanya dengan perlahan. Mata Sisi melotot ketika tahu bahwa kertas di dalam amplop adalah surat penberitahuan bahwa dirinya mendapat beasiswa di Universitas terbaik di Kota. Sisi melompat kegirangan seperti anak kecil. Kini ia bisa mewujudkan mimpinya tanpa memberatkan keluarganya. Dan sungguh keajaiban itu benar-benar datang pada orang yang berusaha mendapatkannya.

Portal Statistik
Ditulis Oleh : Nur Zelfi Firdaus Dengan nama pena Zaira Firdaus, lahir di Sumenep 06 April. Ia suka membaca dan menulis puisi. Pernah memenangkan lomba cipta cerpen pada Class Meeting di sekolahnya. Ia sekarang tengah duduk di bangku kelas VIII di MTs Istikmalunnajah

Share with your friends