Alfan Fazan Jr.: Pembelajaran Tematik - Oretan tentang pendidikan di Indonesia
Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran Tematik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pembelajaran Tematik. Tampilkan semua postingan
Langkah-Langkah Pembelajaran Termatik
0

Langkah-Langkah Pembelajaran Termatik

Langkah-Langkah Pembelajaran Termatik di antaranya yaitu :
  1. Membaca dan memahami semua KD pada kelas dan semester yang sama setiap mata pelajaran (MP)
  2. Memilih tema yang dapat mempersatukan Kompetensi-kompetensi tsb
  3. Membuat matriks hubungan KD dengan tema. Dalam langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar setiap Mpyang cocok dikembangkan dengan temayang sudah dipilih
  4. Membuat pemetaan KD yaitu menempatkan KD dari setiap mata pelajaran yang sesuai dengan tema. Dalam hal ini terlihat kaitan antara tema dengan KD dari setiap MP
  5. Menyusun silabus pembelajaran tematik berdasarkan petemetan KD
Pembelajaran tematik memerlukan perencanaan dan pengorganisasian agar dapat berhasil dengan baik. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran tematik, yaitu: (1) memilih tema, (2) mengorganisir tema, (3) mengumpulkan bahan dan sumber, (4) Mendesain kegiatan dan proyek, dan (5) mengimplementasikan satuan pelajaran.

1. Memilih Tema
Topik untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa sumber. Inilah beberapa di antaranya:
  • Topik-topik dalam kurikulum
  • Isu-isu
  • Masalah-masalah
  • Event-event khusus
  • Minat siswa
  • Literatur
2. Mengorganisasikan Tema, Pengorganisasian tema dilakukan dengan menggunakan jaringan topik.
3. Mengumpulkan Bahan dan Sumber
Pembelajaran tematik berbeda dengan pembelajaran berdasarkan buku paket tidak hanya dalam mendesain, melainkan juga berbagai bahan yang digunakan. Inilah beberapa sumber:
  • Sumber-sumber yang tercetak
  • Sumber-sumber visual
  • Sumber-sumber literature
  • Artifac.
4. Mendesain Kegiatan dan Proyek, Beberapa cara mendasain kegiatan dan proyek di sarankan sebagai berikut:
  • Integrasikan bahasa-membaca, menulis, berbicara, dan mendengar.
  • Hendaknya bersifat holistik.
  • Tekankan pada pada pendekatan “hands-on, minds-on”.
  • Sifatnya lintas kurikulum.
Cara Membuat Tema dan Cara Memetakan Tema ( Pembelajaran Tematik )
0

Cara Membuat Tema dan Cara Memetakan Tema ( Pembelajaran Tematik )

Pengertian Pemetaan Tema dalam Pembelajaran Tematik

Pemetaan tema adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasi-kan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Pada model pembelajaran ini guru menyajikan pembelajaran dengan tema dan sub tema yang disepakati dan dihubungkan dengan antar mata pelajaran sehingga siswa-siswi memperoleh pandangan dan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda (Sukayati, 1998).

Sebagaimana Sukayati, Subroto (1998) menegaskan bahwa dalam pembelajaran tematik yang juga disebut pembelajaran terpadu model terkait, pelajaran dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran yang dijabarkan dalam konsep, keterampilan atau kemampuan yang ingin dikembangkan dan didasarkan atas situasi dan kondisi kelas, guru, madrasah dan lingkungan. Dengan demikian, menurut Sukayati (2004) siswa-siswi mempunyai motivasi tinggi karena pelajaran melalui tema ini akan memudahkan mereka dalam melihat bagaimana berbagai kegiatan dan gagasan dapat saling terkait tanpa harus melihat batas-batas pemisah beberapa mata pelajaran.

Pemetaan tema dapat dilakukan dengan berbagai cara. Namun demikian, tidak ada cara yang terbaik untuk menentukan tema tetapi tergantung dari situasi dan kondisi karena pada dasarnya pembelajaran tematik bergantung pada situasi dan kondisi kelas, sekolah, guru, atau lingkungan sehingga prosedur penentuan tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

Menurut Tim Puskur dari Departemen Pendidikan Nasional (2006) menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, guru mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam tiap-tiap mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, guru menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan siswa-siswi sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.

Perbedaan antara cara pertama dengan cara yang kedua terletak pada penentuan tema. Cara yang pertama penentuan tema dilakukan setelah guru melakukan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar karena dalam indikator. Tema ditentukan setelah melihat keterhubungan antara kompetensi satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Berikut ini adalah contoh keterhubungan kompetensi dasar dan indikator dengan tema.

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah:

Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator.
Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  • Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
  • Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
  • Dirumuskan dalam diamati.
Menentukan Tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni: pertama. Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.

Kedua. Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Tema untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa sumber. di antaranya adalah :
  • Isu-isu
  • Masalah-masalah
  • Event-event khusus
  • Minat siswa
  • Literatur
Tema-tema dalam pembelajaran tematik, sebagaimana dijelaskan Subroto dan Herawati (1978) juga dapat dikembangkan berdasarkan kriteria berikut :
  • Minat siswa-siswi yang pada umumnya dapat menarik untuk dijadikan kriteria penentuan tema, seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat menyenangkan bagi siswa-siswi. Banyak yang dapat dilakukan oleh siswa-siswi, seperti memain bola, ke sawah, dan sebagainya.
  • Minat guru yang berhubungan dengan sekolah, siswa-siswi atau proses pembelajaran yang disesuaikan dengan pemahaman siswa-siswi. Misalnya, guru dapat memilih tema koperasi sekolah. Guru dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang dijual di koperasi sekolah? Dan apa keuntungan koperasi sekolah?
  • Kebutuhan siswa-siswi, seperti perkelahian antara siswa-siswi yang perlu pemecahan dan jalan keluar. Siswa-siswi dapat dilibatkan dalam mengambil pemecahan perkelahian antara siswa-siswi. Oleh karena itu, perkelahian dapat dijadikan sebagai tema.
Selain kriteria tersebut, menurut Subroto dan Herawati (1978) terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
  • Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai disiplin ilmu.
  • Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai sasaran materi pelajaran dan prosedur penyampaian.
  • Tema sesuai dengan karakteristik belajar siswa-siswi sehingga perkembangan anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
  • Tema harus bersifat cukup problematik sehingga kemungkinan luas untuk melaksanakan kegiatan belajar yang lebih efektif dibanding dengan proses belajar mengajar yang konvensional.
Penentuan tema dapat ditempuh dengan prosedur yang dikemukakan oleh Subroto dan Herawati (1978) sebagai berikut :
  • Menumbuhkan minat siswa-siswi pada suatu tema.
  • Mempertimbangkan sumber-sumber yang diperlukan. Bila perlu guru mempersiapkan rencana antisipasi, misalnya karya wisata.
  • Mengidentifikasi apa yang telah diketahui oleh siswa-siswi dan apa saja yang ingin diketahui.
  • Menentukan fokus tema tertentu, pemahaman, nilai-nilai, pengetahuan, atau sikap.
  • Menentukan cara-cara untuk melakukan eksplorasi pertanyaan-pertanyaan, dan mempertimbangkan ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki siswa-siswi.
  • Mengumpulkan sumber-sumber belajar.
  • Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan fokus.
  • Penilaian yang dilakukan berulang-ulang dan mengkaji hasilnya pada kegiatan akhir.
Ada tiga model penentuan tema, yaitu : pertama, tema ditentukan oleh guru dan dikembangkan dalam sub-sub tema. Kedua, tema ditentukan bersama-sama antara guru dan siswa-siswi. Keempat, tema ditentukan oleh siswa-siswi.
Prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema ( Pembelajaran Tematik ) 0

Prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema ( Pembelajaran Tematik )


Menurut Tim Pusat Kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:

Pertama. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa-siswi. Tema yang dipilih sebaiknya tema-tema yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan dialami anak (Sukandi dkk., 2003). Mengangkat realita sehari-hari dapat menarik minat siswa-siswi dan meningkatkan keterlibatan siswa-siswi dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik, anak belajar tentang dunia nyata sehingga pencapaian kompetensi dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran lebih bermakna karena mudah dipahami. Kebermaknaan pembelajaran sangat penting karena dapat memberikan pencerahan (insight) pada anak, juga membuat anak termotivasi dalam belajar sehingga mereka memiliki minat tinggi dalam pembelajaran (Samani, 2007).

Kedua. Dari yang termudah menuju yang sulit. Dari yang sederhana menuju yang kompleks. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi (Tim Pusat Kurikulum Balitbang Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

Keempat. Dari yang konkrit menuju ke yang abstrak. Anak tidak belajar hal yang abstrak, tetapi belajar dari fenomena kehidupan dan secara bertahap belajar memecahkan problem kehidupan. Menurut Sukandi (2003), dunia anak adalah dunia nyata. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Anak-anak biasanya melihat peristiwa atau objek yang didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, dalam berbelanja di pasar, anak-anak dihadapkan pada hitung-menghitung (Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar menawar (Bahasa Indonesia), penggunaan uang (IPS), tata cara dan etika jual beli (Agama), dan mata pelajaran lainnya. Anak belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dari hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa-siswi dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Kelima. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa-siswi dan membangun pemahaman konsep karena adanya sinergi pemahaman antar konsep yang dikemas dalam tema.
Ketujuh. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa-siswi, termasuk minat dan kebutuhan. Dalam pembelajaran tematik, berbagai mata pelajaran dihubungkan dengan tema yang cocok dengan kehidupan sehari-hari anak, bahkan diupayakan yang merupakan kesenangan anak pada umumnya sehingga siswa-siswi tertarik untuk mengikuti pelajaran. Ketertarikan siswa-siswi pada "apa" yang dipelajari merupakan "pintu" pertama belajar dan menjadi "kunci" keberhasilan belajar. Sebaliknya, jika siswa-siswi tidak tertarik belajar bisa menjadi faktor kegagalan dalam belajar bagi siswa-siswi (Samani, 2007).
Tema yang dipilih, menurut Sukandi (2003) dapat mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan, yaitu kognitif (seperti gagasan konseptual tentang lingkungan dan alam sekitar), keterampilan (seperti memanfaatkan informasi, menggunakan alat, dan mengamati gejala alam), dan sikap (jujur, teliti, tekun, menghargai perbedaan, dan sebagainya).

Identifikasi dan Analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator

Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis. Setelah tema-tema terbentuk, maka guru menyusun pemetaan Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar mata pelajaran sesuai dengan tema yang sudah ada. Jika ada Kompetensi Dasar yang sulit diintegrasikan ke dalam tema-tema yang telah ditentukan, maka Kompetensi Dasar tersebut diajarkan tersendiri. Contohnya adalah Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan, karena untuk mengajarkannya membutuhkan guru yang memiliki latar belakang pendidikan khusus
Cara Membuat Jaring-jaring Tema ( Pembelajaran Tematik )
0

Cara Membuat Jaring-jaring Tema ( Pembelajaran Tematik )

Pembuatan jaringan tema merupakan implementasi penerapan pembelajaran terpadu model Webbed.Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran yang mengandung pendekatan tematik.Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu.Tema dapat ditetapkan dengan negosiasi antara guru dengan siswa-siswi.setelah tema disepakati dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi (Trianto,2007).Pengembangan tema menjadi sub-sub tema serta membuat pola keterkaitannya inilah yang kemudian membentuk jaringan.

Dapat disimpulkan bahwa jaringan tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi.Dengan terbentuknya jaringan tema diharapkan siswa-siswi memahami satu tema tertentu dengan melakukan pendekatan interdisiplinberbagai bidng studi pengetahuan.jaringan tema juga mengajari pembiasan agar siswa-siswi mampu berpikir secara integrtif dan holistik.

Pembuatan jaringan tema yang mengikuti model pembelajaran terpadu Webbed memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya:
o Penyelesaian/penentuan tema sesuai dengan minat akan memotivasi siswa-siswi untuk belajar
o Lebih mudah dilakukan oleh guru yang melum berpengalaman
o Memudahkan perencanaan
o Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa-siswi.
o Memberikan kemudan bagi siswa-siswi dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.

Kekurangan:
o Sulit dalam menyelesaikan tema
o Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal
o Dalam pembelajaran guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada pengembangan konsep.

Teknik Pembuatan Jaringan Tema

Pembuatan jaringan tema melalui beberapa tahapan yang harus dilalui.Langkah-langkahnya yaitu:
  1. Tentukan terlebih dahulu tema.ada dua cara diantaranya Cara pertama,mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat pada masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua,menetapkan tedapat lebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan untuk menentukan tema tersebu, guru dapat bekerjasama dengan siswa-siswi sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
  2. Menginventarisasi materi-materi yang masuk/sesuai dengan tema yang telah ditentukan
  3. Mengelompokkan materi-materi yang sudah diinvenyarisirke dalam rumpun mata pelajarannya masing- maring.
  4. Menghubungkan materi-materi yang telah dikelompokkan dalam rumpun mata pelajaran dengan tema
Kriteria Jaringan Tema yang Baik
  1. Simpel.Jaringan tema dibuat untuk mempermudah penyusunan perencanaan pembelaran secara keseluruhan.
  2. Sinkron.Jaringan tema terdiri dari dua komponen utama yaitu tema pngikat dan materi-materi yang terkait dan bias masuk dalam cakupannya.
  3. Logis.materi yang dijaring memang betul-betul merupakan bagian dari tema.
  4. Mudah dipahami. Tema yang baik adalah tema yang mudah dipahami semua orang.
  5. Terpadu. Tema dan materi-materi diikat oleh kesamaan substansiyang ingin disampaikan kepada siswa-siswi.
Implementasi Pembelajaran Tematik
0

Implementasi Pembelajaran Tematik

Implemementasi model pembelajaran ini (PTP) akan menuntut kemampuan guru untuk dapat mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Setiap guru yang menerapkan model pembelajaran ini harus terlebih dahulu memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas saat bersama siswa. Dengan demikian diharapkan Model PTP ini akan bersifat ramah otak (mudah memberikan pemahaman kepada siswa), di mana untuk itu guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran.

10 Elemen yang Harus Dilakukan Guru dalam Implementasi Model Pembelajaran Tematik Terpadu pada Kurikulum 2013

Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru agar pembelajaran yang dilakukannya di kelas dapat sukses dan maksimal memanfaatkan potensi-potensi yang ada, yaitu:
  1. Guru harus mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.
  2. Guru semestinya memperkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan melalui berbagai aktivitas di kelasnya.
  3. Penyajian isi atau substansi pembelajaran oleh guru haruslah dalam bentuk yang bermakna bagi siswa.
  4. Lingkungan pembelajaran dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memperkaya pembelajaran yang dilaksanakan.
  5. Guru senantiasa bergerak untuk memacu terjadi proses pembelajaran yang efektif (Movement to Enhance Learning).
  6. Guru harus membuka pilihan-pilihan pembelajaran yang mungkin bagi seluruh siswa di kelasnya.
  7. Karena sumberdaya waktu adalah hal yang sangat terbatas di dalam kelas, maka optimasi waktu secara tepat sangat diperlukan.
  8. Guru harus melakukan kolaborasi dengan semua pihak yang mungkin untuk menjadikan pembelajaran yang lebih efektif.
  9. Adalah hal yang harus dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, di mana setiap hal diberikan umpan balik yang segera.
  10. Ketuntasan atau aplikasi menjadi aspek penting dalam pembelajaran tematik terpadu.
Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang mencakup:
  1. Implikasi bagi guru, Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
  2. Implikasi bagi siswa: (a) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya; dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal, (b) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.
  3. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media: (a) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. (b) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization). (c) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.(d) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.
  4. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan, susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung, peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet, kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar, alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.
  5. Implikasi terhadap Pemilihan metode. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.
Model Pembelajaran Tematik
0

Model Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan mula-mula di awal tahun 1970-an. Akhir-akhir ini Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dianggap sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model). Keefektifan model pembelajaran tematik terpadu dapat dilihat dari kemampuannya dalam mewadahi serta menyentuh secara terpadu ranah-ranah emosi (emotional), fisik (physical), dan akademik (academic) di dalam kelas atau di lingkungan sekolah.

Pembelajaran Tematik Terpadu antar mata peserta didik Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula (Fogarty,1991:XV) ada sepuluh macam model pembelajaran Tematik Terpadu, yaitu :

1. Model Terhubung ( The Connected Model )
2. Model Jaring Laba-Laba ( The Webbed Model )
3. Model KeTematik Terpaduan ( The Integrated Model )
4. Model Sarang ( The Nested Model )
5. Model Penggalan ( The Fragmented Model )
6. Model Terurut ( The Sequenced Model )
7. Model Irisan ( The Shared Model )
8. Model Galur ( The Threaded Model )
9. Model Celupan ( The Immersed Model )
10. Model Jaringan Kerja ( The Networked model )

Secara empirik, Model PTP ini juga telah dibuktikan mampu dan sukses untuk memicu akselerasi dan menaikkan kapasitas daya ingat (memori) peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk jangka waktu yang lebih panjang.

Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dan Pembelajaran Tematik Terintegrasi
Model pembelajaran tematik terpadu yang sangat disarankan penggunaannya di sekolah dasar atau sederajat ini juga dikenal dengan nama pembelajaran tematik terintegrasi (integrated thematic instruction, ITI). Pada mulanya model pembelajaran tematik terintegrasi dikonseptualisasikan pada tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran tematik integratif ini sebelumnya telah dikembangkan khusus untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.

Premis utama PTP (Model Pembelajaran Tematik Terpadu) adalah bahwa siswa membutuhkan kesempatan-kesempatan tambahan (additional opportunities) agar dapat memanfaatkan bakat dan talentanya, menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis. Di lain pihak, model PTP cocok untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan kualitatif terkait lingkungan belajar yang ada di sekitar siswa. Model PTP bila diimplementasikan pada siswa sekolah dasar (SD/MI) maka diharapkan akan dapat memberikan inspirasi kepada peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar.
Secara kualitatif terdapat perbedaan antara model pembelajaran tematik terpadu bila dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan memandu siswa agar dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Landasan Pembelajaran Tematik
0

Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Filosofis

pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme.
  1. Aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
  2. Aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
  3. Aliran humanisme yang melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
Landasan Psikologis

Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

Landasan Yuridis

Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
Karakteristik Pembelajaran Tematik
0

Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran, Pembelajaran Tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
  1. Berpusat pada siswa. Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
  2. Memberikan pengalaman langsung, Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
  3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
  4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
  6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
  7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan