Alfan Fazan Jr.: Perkembangan Peserta Didik - Oretan tentang pendidikan di Indonesia
Tampilkan postingan dengan label Perkembangan Peserta Didik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perkembangan Peserta Didik. Tampilkan semua postingan
Pembinaan Moral dan Agama Bagi Generasi Muda 0

Pembinaan Moral dan Agama Bagi Generasi Muda

 

Pembinaan Moral dan Agama

 

Kehidupan moral tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan beragama. Karena nilai-nilai yang tegas, pasti dan tetap, tidak berubah karena keadaan, tempat dan waktu, adalah nilai yang bersumber kepada agama. Karena itu dalam pembinaan generasi muda, perlulah kehidupan moral dan agama itu sejalan dan mendapat perhatian yang serius.


Dalam pembinaan generasi muda itu, peranan wanita sangat penting, karena pembinaan itu berarti pembinaan segala aspek dari kehidupan mereka, terutama pembinaan pribadi yang mulai sejak si anak lahir, bahkan dalam kandungan. Di samping itu perlu kita sadari bahwa pembinaan pribadi dan moral itu terjadi melalui semua segi pengalaman hidup, baik melalui penglihatan, pendengaran dan pengalaman/perlakuan yang diterimanya. Atau melalui pendidikan dalam arti yang luas. Maka semakin kecil umur si anak semakin banyak bergaul dengan ibunya dan semakin banyaklah ia menyerap pengalaman yang akan ikut membina pribadinya dari ibunya sendiri. Karena itu peranan wanita sangat penting dalam pembinaan generasi muda. 

 

Masalah Kehidupan Moral dan Agama Generasi Muda Dewasa Ini

 

Generasi muda muda dalam arti yang luas, mencakup umur anak dan remaja, mulai dari lahir sampai mencapai kematangan dari segal segi (jasmani , rohani, sosial, budaya dan ekonomi). Mungkin dalam arti yang sempit atau yang popiler dalam masyarakat ramai. Generasi muda adalah masa muda (remaja dan awal masa dewasa). Untuk kepentingan perasaan ini saya akan menggunakan arti generasi muda dalam arti yang luas, karena pembinaan kehidupan dan agama itu dimulai sejak si anak lahir, sampai mencapai kematangan pribadi, yaitu sampai akhir masa remaja dan permulaan masa dewasa.


Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai di mata generasi muda. Mereka dihadapkan kepada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka untuk memilih mana yang baik untuk mereka. Hal ini nampak jelas pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama pada mereka yang hidup di kota-kota besar Indonesia, yang mencoba mengembangkan diri kearah kehidupan yang disangka maju dan modern, di mana berkecamuk aneka kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.


Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriyah tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama yang di anutnya, menyebabkan generasi muda kebingungan bergaul karena apa yang dipelajarinya di sekolah bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam masyarakat, bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri di rumah.


Kontradiksi yang terdapat dalam kehidupan generasi muda itu, menghambat pembinaan moralnya. Karena pembinaan moral itu terjalin dalam pembinaan pribadinya. Apabila fakto-faktor dan unsur-unsur yang membina itu bertentangan antara satu sama lain, maka akan goncanglah jiwa yang dibina terutama mereka yang mengalami pertumbuhan dan perubahan cepat, yaitu pada usia remaja.


Kegoncangan jiwa, akibat kehilangan pegangan itu telah menimbulkan berbagai ekses, misalnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika, dan sebagainya. Dalam pangalaman kami menghadapi remaja yang oleh orang tua dan gurunya dianggap nakal(memang kelakuannya yang nakal, misalnya tidak mau belajar, menentang orang tua, mengganggu keamanan, merusak dan sebagainya) dan mereka yang telah menjadi korban dari penyalahgunaan narkotika, terasa sekali bahwa yang terjadi sebenarnya adalah kegoncangan jiwa akibat tidak adanya pegangan dalam hidupnya. Nilai-nilai moral yang akan diambilnya menjadi pegangan, terasa kabur, terutama mereka yang hidup dikota besar dari keluarga yang kurang mengindahkan ajaran agama dan tidak memperhaitkan pendidikan agama bagi anak-anaknya.

 

Bahaya Yang Mungkin Terjadi

 

Seandainya keadaan itu di biarkan berjalan dan berkembang , maka pembangunan bangsa kita akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal. Karena tujuan pembangunan kita adalah untuk mencapai sejehjahteraan hidup yang seimbang antara kemakmuran lahiriah dan kebahagiaan batin, atau dengan kata lain, sifat sifat pembangunan negara kita adalah pembangunan yag seimbang antara jasmani dan rohani, antara materiil dan spiritual antara kehidupan dunia dan akhirat.


Secara nasional bahayanya adalah menghambat tercapainya tujuan pembangunan dan secara pribadi atau masing-masing anggota masyarakat, mereka akan kehilangan kebahagiaan. Coba bayangkan, bagimnan perasaan orang tua, ketika melihat anaknya malas belajar, suka melawan, menentang dan nakal atau terganggu jiwa, tidakkah mereka akan sedih?


Disamping itu remaja sendiri merasa hari depannya kabur, yang biasa mereka sebut dengan "masa depan yang suram" karena mereka tahu bahwa apa yang terjadi pada diri mereka itu adalah yang merugikan, tapi mereka tidak mampu mencari jalan keluarnya, lalu mereka mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan itu dengan mencari obat penenang yaitu mencari obat narkotika atau kelakuan nakal. Pendek kata, dari mana pun juga kita lihat bahaya yang mungkin terjadi dan meluas apabila kehidupan moral dan agama dalam masyarakat dibiarkan saja menjalar dan mempengaruhi generasi muda kita.

 

Cara Menghadapi Masalah Itu

 

Untuk mengatasi masalah yang cukup membahayakan itu, berbagai usaha harus dilakukan antara lain :

  • Perlu mengadakan saringan atau seleksi terhadap kebuyaan asing yang masuk, agar unsure-unsur yang negatif dapat dihindarkan.

  • Agar pendidikan agama, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat diintensifkan, supaya kehidupan beragama dapat terjamin dan selanjutnya nilai-nilai moral yang baik dapat menjadi bagian dari pribadi bangsa kita. Nilai-nilai moral yang pasti, yang terdapat dalam ajaran agamaakan membantu setiap pribadi untuk mendapat ketenangan jiwa, sehingga kegairahan untuk membangun itu ada.

  • Agar diadakan pendidikan khusus untuk orang dewasa dalam bidang kesehatan jiwa, supaya mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menghapi kegoncangan jiwa, atau untuk menghindari kegoncangan jiwa serta terciptanya ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya sehari-hari di rumah dan dalam masyarakat.

  • Perlu adanya biro-biro konsultasi. Untuk membantu orang-orang yang memerlukannya, baik untuk anak dan remaja, maupun orang dewasa.

  • dalam kegiatan pembinaan itu sebaiknya pemerintah dengan wewenang yang ada padanya mengambil tindakan dan langkah-langkah yang tegas dengan mengikut sertakan semua lembaga, para ulama dan pemimpin masyarakat.

Seandainya kita segera dapat menyadari bahaya yang terjadi dan dapat mengambil langkah-langkah positif kearah pembinaan kehidupan moral dan agama secara sungguh-sungguh, mudah-mudahan akan dapatlah terselamatkan Generasi Muda kita dari kehancuran dan tujuan pembnagunan kita dapat tercapai.

 

Peranan Wanita Dalam Pembinaan Moral dan Agama Generasi Muda Dewasa Ini.

 

Peranan wanita dalam pembinaan generasi muda pada umumnya dan kehidupan moral dan agama khusunya, sangat penting. Karena pembinaan kehidupan moral dan agama itu lebih banyak terjadi melalui pengalaman hidup dari pada pendidikan formal dan pengajaran, karena nilai-nilai moral dan agama yang akan menjadi pengendali dan pengaurh dalam kehidupan manusia itu adalah nilai-nilai itu masuk dalam pembinaan pribadinya. Semakin cepat nilai-nilai itu masuk kedalam pembinaan kedalam kehidupan pribadinya, akan semakin kuat tertanamnya dan semakin besar pengauruhnya dalam pengendalian tingkah laku dan pembentukan sikap pada khususnya.


Pengalaman hidup pada tahun-tahun pertama dari umur si anak lebih banyak diperolehnya dalam ruamah tangga, baik yang dirasakan langsung dari perlakuan orang tuanya, maupun maupun dari suasana hubungan antara ibu-bapak dan saudara-saudaranya. Pengalaman hidup di rumah itu, merupakan pendidikan yang terjadi secara tidak formal dan sengaja, tapi ia merupakan dasar dari pembinaan pribadi, secara keseluruhan, termasuk moral dan agama.


Jika kita kembali kepada peranan wanita dalam pembinaan generasi muda tadi, akan tampaklah bahwa wanita mempunyai fungsi yang sangat penting, karena wanita masuk ke dalam segala segi kehidupan generasi muda. Sebagai ibu, wanita mempunyai fungsi sebagai pembina pertama bagi pibadi anaknya, pendidikan dan perlakuannya menentukan kesehatan jiwa anaknya di kemudian hari, kehidupan keluarga yang tercermin dalam hubungan suami isteri dan sikap mental serta kehidupan moral dan agama si ibu merupakan contah-teladan yang akan menjadi bahan/unsur yang diserap oleh anak dalam pribadinya nanti.

Dinamika Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi;Biologis,Behaviorisme 0

Dinamika Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi;Biologis,Behaviorisme

 

Pemahaman Konsep Dinamika Prilaku Manusia


Dinamika perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Menurut perspektif kognitif lebih menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Menurut perspektif behaviorisme manusia adalah mesin (homo mechanicus) yang perilakunya dikendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan.


Pada dasarnya individu mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku yang dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek yang ada dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat berjalan dinamis, individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi juga dapat mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi.


Pengembangan pribadi yang dimaksud adalah individu dapat menguasai kemampuan-kemampuan social secara umum seperti keterampilan komunikasi yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jawab social seiiring dengan kemandirian yang kuat dan lain sebagainya.


Dalam Pendidikan pun dinamika perilaku perlu diterapkan agar kegiatan bimbingan dan konseling kelompok bisa berjalan dengan lancar, dinamis dan tujuan yang diingkan tercapai. Misalnya dalam bimbingan dan konseling kelompok semua anggota dan konselor bersikap pasif maka kegiatan tersebut tidak akan hidup dan tidak berjalan dengan lancar. Begitu pula sebaliknya.


Menurut pandangan humanistic, manusia adalah makhluk yang aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Perilaku manusia berpusat pada konsep dirinya berupa persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah. Selain itu perilaku manusia juga didasarkan pada kebutuhannya dalam fungsi untuk mempertahankan, meningkatkan serta mengaktualisasikan dirinya.


Psikologi memberikan sumbangan terhadap pendidikan, karena subjek dan objek pendidikan adalah manusia (individu). Psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu, proses pendidikan serta bagaimana membantu individu agar dapat berkembang optimal.


Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Determinan tri dimensional ini (organo biologi, psikoedukasi, dan sosiokultural) merupakan determinan yang banyak dianut oleh ahli psikologi dan psikiatri. Dalam hal ini unsur ruhani sama sekali tidak masuk hitungan karena dianggap termasuk penghayatan subjektif semata-mata.


Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Pandangan ini mengangkat derajat manusia teramat tinggi ia seakan-akan memiliki kausa prima yang unik, pemilik akal budi yang sangat hebat, serta memiliki kebebasan penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan sesuai baginya.


Sampai dengan penghujung abad ini terdapat empat aliran besar psikologi, yakni : Psikoanalisis, psikologi Perilaku, Psikologi Humasnistik, Psikologi Transpersonal. Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang yang berlainan, dan dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.


Perspektif Biologis


yaitu sebuah pendekatan psikologi yang menekankan pada berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang. Perspektif Biologis memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang psikologi yang nenekankan pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan di antara manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek sosial, dan area-area lain dari perilaku. Kita bisa terima Charles Darwin (1859) untuk menunjukkan dalam gagasan bahwa genetika dan evolusi memainkan peran dalam mempengaruhi perilaku manusia melalui seleksi alam .


Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Sekarang genom manusia dipetakan, mungkin, suatu hari nanti kita akan memahami lebih tepatnya bagaimana perilaku dipengaruhi oleh DNA. Faktor biologis seperti kromosom, hormon dan otak semua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku manusia, untuk jenis kelamin misalnya, Pendekatan biologis berpendapat bahwa perilaku sebagian diwariskan dan memiliki fungsi (atau evolusi) adaptif. Misalnya, dalam minggu-minggu segera setelah kelahiran anak, tingkat testosteron pada ayah hampir lebih dari 30 persen.


Psikolog Biologi menjelaskan perilaku dalam hal neurologis, yaitu fisiologi dan struktur otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog biologis telah berkonsentrasi pada perilaku abnormal dan telah mencoba untuk menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi percaya bahwa skizofrenia dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter).


Temuan ini telah membantu psikiatri lepas landas dan ia membantu meringankan gejala penyakit mental melalui obat-obatan. Namun Freud dan disiplin lain akan berpendapat bahwa ini hanya memperlakukan gejala dan bukan penyebabnya. Di sinilah psikolog kesehatan mengambil temuan bahwa psikolog biologis memproduksi dan melihat faktor-faktor lingkungan yang terlibat untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik.


Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Teori yang dikembangkan pengalaman menangani pasien, freud menemukan ragam dimensi dan prinsip-prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun teori psikologi yang sangat mendasar, majemuk, dan luas implikasinya dilingkungan ilmu sosial, humaniora, filsafat, dan agama.


Dalam diri manusia ada 3 tingkatan kesadaran yaitu alam sadar, alam tidak sadar, dan alam prasadar. Alam kesadaran manusia digambarkan freud sebagai sebuah gunung es dimana puncaknya yang kecil muncul kepermukaan dianggap sebagai alam sadar manusia sedangkan yang tidak muncul ke permukaan merupakan alam ketidaksadaran yang luas dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dan diantara alam sadar dan alam ketidaksadaran terdapat alam prasadar. Dengan metode asosisi bebas, hipnotis, analisis mimpi, salah ucap, dan tes proyeksi hal-hal yang terdapat dalam alam prasadar dapat muncul ke alam sadar.


Perspektif Behaviorisme


yaitu pendekatan psikologi yang menelaah cara lingkungan dan pengalaman mempengaruhi tindakan seseorang. Penganut behaviorisme (behaviorist) menaruh perhatian pada peranan penghargaan (reward) maupun hukuman (punishment) dalam mempertahankan atau mengurangi kecenderungan munculnya perilaku tertentu.


Behaviorisme berbeda dengan kebanyakan pendekatan lain karena mereka melihat orang (dan hewan) sebagai dikendalikan oleh lingkungan mereka dan secara khusus bahwa kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dari lingkungan kita. Behaviorisme berkaitan dengan bagaimana faktor lingkungan (disebut rangsangan) mempengaruhi perilaku yang dapat diamati (disebut respon). Pendekatan behavioris mengusulkan dua proses utama dimana orang belajar dari lingkungan mereka:. Pengkondisian yaitu klasik dan operant conditioning Pengkondisian klasik melibatkan pembelajaran oleh asosiasi, dan pengkondisian operan melibatkan belajar dari konsekuensi perilaku.


Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak sekedar satu alternatif bagi pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya bersifat "mistik", "mentalistik", dan "subyektif". Dalam psikologi obyektif maka fokusnya harus pada sesuatu yang "dapat diamati" (observable), yaitu pada "apa yang dikatakan (sayings) dan apa yang dilakukan (doings)". Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwa proses mental dan juga perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilaku sosial.


Para "behaviorist" memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan "tanggapan" (responses), dan lingkungan ke dalam unit "rangsangan" (stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan " seorang teman datang ", lalu memunculkan tanggapan misalnya, "tersen-yum". Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan "kotak hitam (black-box)" . Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam tadi - srtuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable), bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional.


Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme melalui percobaan yang dinamakan "operant behavior" dan "reinforcement". Yang dimaksud dengan "operant condition" adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan "operant behavior". Yang dimaksud dengan "reinforcement" adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang . Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung tidak tersenyum (diam saja).


Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnyadikondisikan.


Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan, psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of enforcement, yakni :


  • Classical Conditioning, suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bel yang selalu dibunyikan mendahului pemberian makan seekor anjing lama kelamaan akan menimbulkan air liur pada anjing itu sekalipun tidak diberikan makanan. Hal ini terjadi karena adanya asosiasi antara kedua rangsang tersebut.

  • Law of Effect, perilaku yang menimulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akiat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.

  • Operant Conditioning, suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang dinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguat negatif). Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku tersebut mengakibatkan hal-hal yang tak menyenangkan (hukuman), atau mangakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).

  • Modelling, munculnya perubahan perilaku terjadi karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi (model)

Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru

Oleh karena itu, dalam kesimpulan, ada perspektif yang berbeda begitu banyak untuk psikologi untuk menjelaskan berbagai jenis perilaku dan memberikan sudut yang berbeda. Tidak ada perspektif seseorang memiliki kekuatan lebih jelas sisanya. Hanya dengan semua berbagai jenis psikologi yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain (alam-memelihara perdebatan), tumpang tindih satu sama lain (misalnya psikoanalisis dan psikologi anak) atau membangun satu sama lain (psikolog biologi dan kesehatan) kita dapat memahami dan menciptakan solusi efektif bila masalah muncul sehingga kita memiliki tubuh yang sehat dan pikiran sehat.


Fakta bahwa ada perspektif yang berbeda mewakili kompleksitas dan kekayaan perilaku manusia. Pendekatan ilmiah, seperti behaviorisme atau kognitif psikologi, cenderung mengabaikan pengalaman subjektif yang dimiliki manusia. Perspektif humanistik tidak mengakui pengalaman manusia, tetapi sebagian besar dengan mengorbankan yang non-ilmiah dalam metode dan kemampuan untuk memberikan bukti. Perspektif psikodinamik berkonsentrasi terlalu banyak pada pikiran bawah sadar dan anak-anak. Dengan demikian ia cenderung melupakan peran sosialisasi (yang berbeda di setiap negara) dan kemungkinan kehendak bebas. Perspektif biologis manusia untuk mengurangi seperangkat mekanisme dan struktur fisik yang jelas penting dan penting (gen misalnya). Namun, gagal untuk memperhitungkan kesadaran dan pengaruh lingkungan pada perilaku.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Makmun, Abin Syamsuddin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda
Karakteristik Perkembangan Sosial Serta Implikasinya Dalam Pendidikan 3

Karakteristik Perkembangan Sosial Serta Implikasinya Dalam Pendidikan

Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik


Perkembangan Fisik

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:

  • Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi;

  • Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;

  • Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;

  • Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

 

Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)

Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.

 

Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11)

Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.

  • Usia 8-9 tahun. Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistim peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik. Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki
  • Usia 10-11 tahun. Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun). Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.

 

Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja

Pada masa remaja perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada perkembangan, kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis, dan mimpi basah, dan lainnya), timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa puberitas).

 

Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa

Kemampuan fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan fisiknya dan gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proposianal memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan mecapai titik maksimal. Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai terhenti sehingga hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik.

 

Perkembangan Psikomotorik

Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus di kuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).

 

Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa kanak-kanak:

  • Usia 3 tahun. Tidak dapat berhenti dan berputar secara tiba-tiba atau secara cepat, dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dengan berganti kaki, dapat berjingkrak.
  • Usia 4 tahun. Lebih efektif mengontrol gerakan berhenti, memulai, dan berputar, dapat melompat 24-33 inchi, dapat menuruni tangga, dengan berganti kaki, dengan bantuan, dapat melakukan jingkarak 4 sampai 6 langkah dengan satu kaki.
  • Usia 5 tahun. Dapat melakukan gerakan start, berputar, atau berhenti secara efektif, dapat melompat 28-36 inchi, dapat menuruni tangga tanpa bantuan, berganti kaki, dapat melakukan jingkrak dengan sangat mudah.

 

Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa anak

Pada masa anak perkembangan keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:

  • Keterampilan menolong diri sendiri; Anak dapat makan, mandi, berpakain sendiri dan lebih lebih mandiri.

  • Keterampilan menolong orang lain; Keterampilan berkaitan dengan orang lain, seperti membersihkan tempat tidur, membersihkan debu dan menyapu.

  • Keterampilan sekolah; mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk menulis, menggambar, melukis, menari, bernyayi, dll.

  • Keterampilan bermain; anak belajar keterampilan seperti melemper dan menangkap bola, naik sepeda, dan berenang.

 

Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Pada Remaja

Keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Pada masa ini, laki-laki mengalami perkembangan psikomotorik yang lebih pesat dibanding perempuan. Kemampuan psikomotorik laki laki cenderung terus meningkat dalm hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada perempuan terhenti setelah mengalami menstruasi. Oleh karna itu, kemampuan psikomotorik laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.

 

Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Pada Masa Dewasa

Pada usia dewasa keterampilan dalam hal tertentu masih dapat ditingkatkan. Puncak dari perkembangan psikomotorik terjadi pada masa ini. Latihan merupakan hal penentu dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan terprogram, keterampilan yang maksimal akan dapat ditingkatkan dan dipertahankan. Karakteristik perkembagan psikomotorik ditandai dengan peningkatan keterampilan dalam bidang tertentu. Semua sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.

 

Implikasi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik dalam Pendidikan

Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik dapat memberikan manfaat yang besar dalam pendidikan. Implikasinya terhadap pendidikan berkaitan erat dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini, berguna untuk para pendidik dalam menyusun materi pendidikian yang sesuai dengan perkembangan peserta didiknya. Dengan begitu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien dapat berjalan dengan tepat.

 

Kesimpulan

Menurut Kuhlen dan Thompson perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu; Sistem syaraf, otot-otot, kelenjar Endokrin, struktur fisik/Tubuh.

 

Ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus di kuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension) berdasarkan pemaparan Loree

 

Implikasinya Pekembangan fisik dan psikomotorik terhadap pendidikan berkaitan erat dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini, berguna untuk para pendidik dalam menyusun materi pendidikian yang sesuai dengan perkembangan peserta didiknya.

Anak Didik, Pertumbuhan, dan Lingkungan Islami 0

Anak Didik, Pertumbuhan, dan Lingkungan Islami

Setiap individu memiliki ciri, sifat bawaan (heredity), dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Ahli psikologi berpendapat bahwa kepribadian seseorang dibentuk oleh perpaduan faktor pembawaan dan lingkungan. Karakteristik bawaan, baik yang bersifat biologis maupun psikologis, dimiliki sejak lahir. Apa yang difikirkan, dikerjakan, atau dirasakan seseorang, atau merupakan hasil perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diwariskan dan pengaruh lingkungan sekitar .

Perkembangan Psikologis menurut Bijau dan Baer adalah perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungannya .

Selanjutnya, menyikapi karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu tentunya tidak sama antara individu satu dengan individu lainnya, maka dapat ditarik benang merah bahwa terkadang seseorang dilahirkan oleh orang tua yang sama, akan tetapi sifat dan karakter seorang anak tidak sama disebabkan oleh kedua faktor yakni faktor internal (bawaan) dan faktor eksternal (lingkungan) yang saling mempengaruhi kedua faktor tersebut dan hal ini lebih dikenal dengan konvergensi (perpaduan bawaan dan lingkungan).

Namun secara formal individu seorang anak yang sudah berada dalam lingkungan pendidikan disebut peserta didik. Secara formal peserta didik adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik dan perkembangan menyangkut psikis. 

Berbicara mengenai perkembangan seorang anak tidak dapat dipungkiri kan mengalami perkembangan social yang tidak dapat dipisahkan dengan interaksi antar individu dengan kehidupan lingkungan social masayarakat yang ada disekitarnya. Dalam proses pertumbuhan dan dan perkembangannya, setiap individu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi memerlukan bantuan individu lainnya. Bayi yang baru lahir tidak dapat mempertahankan kehidupannya tanpa bantuan orang tuanya. Sejalan dengan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak dan seterusnya menjadi dewasa, akan mengenal lingkungan yang lebih luas. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan mengenal ibunya, kemudian ayah dan saudara-saudaranya, akhirnya ia mengenal orang lain di luar lingkungan keluarganya, selanjutnya, orang yang dikenalnya semakin banya dan semakin heterogen.

Pada umumnya, setiap anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya yang sama jenis kelaminnya. Anak-anak itu kemudian akan membentuk kelompok sebaya dengan dunianya, memahami dunianya, dan dunia pergaulan yang lebih luas. Selanjutnya, manusia mengenal kehidupan bersama, berkeluarga, bermasyarakat dan berkehidupan social. Dalam perkembangannya, ia mengetahui bahwa kehidupan manusia itu seorang diri, harus saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi, dan sebagainya. 

Lingkungan

Lingkungan adalah ruang dan waktu yang menjadi tempat eksistensi manusia. Dalam konsep ajaran pendidikan Islam, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang diridai oleh Allah dan Rasulullah SAW. Misalnya lingkungan sekolah, madrasah, masjid, majlis taklim, balai musyawarah, dan lingkungan masyarakat yang islami. Adapaun lingkungan yang mendapat muraka Allah dan Rasul-Nya adalah lingkungan yang dijadikan tempat melakukan kemaksiatan dan kemungkara.

Sebenarnya yang salah atau jelek bukan lingkungannya, melainkan manusia yang memakai dan mengambil manfaat lingkungan bersangkutan. Pada dasarnya, semua lingkungan itu karunia Allah. Hanya saja, manusia yang bodoh menjadikan lingkungan itu kotor.

Bagi umat Islam, lingkungan yang baik dan berpengaruh dalam meningkatkan akhlak yang mulia adalah lingkungan yang sehat dan dijadikan tempat berbagai kegiatan bermanfaat, seperti pendidikan Islam, pengajian, dan aktivitas islami lainnya.

Anak Didik, Pertumbuhan, dan Lingkungan Islami

Anak didik akan tumbuhbersama lingkungannya dan dipengaruhi oleh lingkungannya pula. Dengan pandangan tersebut, pertumbuhan anak didik telah diukir oleh orang tuanya sejak ia dilahirkan. Ukiran perilaku anak oleh orang tua dilakukan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
  • Mensyukuri nikmat Allah dan memperbanyak ibadah kepad-Nya;
  • Mencari rizki yang halal
  • Membaca, Bismillahirrohmanirohim ketika hendak melahirkan anak
  • Mengumandangkan adzan dan iqamat ketelinga anak yang baru dilahirkan;
  • Mendoakan anak agr terlindung dari setan;
  • Memandikan anak dari kotoran yang melekat di tubuhnya;
  • Mencukur anak; melaksanakan akikah saesuai contoh Rasulullah SAW;
  • Memberi nama dengan nama yang baik menurut Islam.
  • Memberi air susu ibu dengan penuh kasih saying
  • Mengajari anak cara berbicara dengan bahasa yang baik;
  • Menyekolahkan anak dan mendidiknya dengan ilmu agama Islam sebagai bekal hidup;
  • Menyalurkan bakat dan minat dan cita-citanya;
  • Menikahkan anak dengan jodoh yang dipilihkan oleh Allah; dan
  • Melepas anak untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab dal;am mengarungi kehidupan baru berkeluarga bermasyarakat.
Pembinaan Lingkungan Islami

Lingkungan yang harus dibina dengan konsep Islam adalah sebagai berikut :
  • Lingkungan keluarga
  • Lingkungan sekolah
  • Lingkungan masyarakat
Pembinaan pertama kali bagi anak didik adalah lingkungan keluarga, karena merupakan tempat berinteraksi pertama kali, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya, dan kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan tersebut, anak mengenal dunia dan sekitarnya dan pola pergaulan sehari-hari. Orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik agar anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan dan keserasian, keluaraga berfungsi sebagai media sosialisasi. 

Lingkungan keluarga menjadi tolak ukur keberhasilan anak didik dalam pendidikan. Oleh karena itu, terutama orang tua yang memikul tanggung jawab besar dalam pendidikan anak, sepatutnya mengembangkan potensi dirinya melalui keikutsertaannya dalam acara-acara yang bermanfaat, misalnya pengajian, berorganisasi, dan sebagainya. Dengan demikian, ilmu pengetahuannya semakin berkembang dan memberi manfaat untuk pengembangan pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga. 

Sehubungan dengan kebutuhan social yang dialami anak didik untuk melakukan kontak dengan masyarakat supaya bisa berinteraksi dengan baik baik dengan teman-temannya secara wajar. Begitu juga supaya dapat diterima oleh orang yang tinggi dari dia, seperti orang tuanya, guru-gurunya dan pemimpin-pemimpinya. 

Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar anak didik dapat memperoleh posisi dan prestasi dalam masyarakat. 

Setelah anak didik mengalami sosialisi dilingkungan keluarga, maka selanjutnya akan mengalami sosialisasi di lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah terdiri atas tempat belajar dan mengajar, para pendidik dan anak didik, karyawan sekolah, alat-alat dan fasilitas sekolah, seperti perpustakaan, dan aktivitas lainnya yang melibatkan lembaga pendidikan, seperti kegiatan ekstrakurikuler seperti perkemahan, olahraga, kegiatan kesenian, dan sebagainya. Dalam lingkungan sekolah, perbedaan individual anak didik perlu mendapat perhatian dari guru agar proses belajar mengajar berjalan secara kondusif. 

Sedangkan lingkungan masyarakat merupakan wilayah sosialisasi anak didik setelah mengalami interaksi social di lingkungan sekolah. Sebagai tahapan penyesuaian terhadap norma-norma dan nilai-nilai yang terdapat di masyarakat. Tahapan ini sering disebut dengan tahap penerimaan norma kolektif ( Generalized Other). Pada tahap penerimaan ini seoarang manusia sudah disebut orang dewasa. Anak didik bukan hanya menempatkan dirinya pada posisi orang lain, tetapi juga dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Individu tersebut telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa berinteraksi. Sebagai anak didik, ia telah mampu memahami peranan yang dijalankan seorang guru, dan sebagainya. 

Seiring dengan proses sosialisasi yang dialami dengan baik di lingkungan keluarga maupun sekolah, maka secara garis besar anak didik ketika memasuki dunia luar yakni lingkungan masyarakat, maka dia akan melakukan interaksi dengan baik sebagai hasil dari pola interaksi secara baik di lingkungan keluarga dan sekolah. Dengan bekal ilmu pendidikan yang baik, maka ketika anak tersebut menemukan berbagai kejadian atau peristiwa baru, asing, yang baik dan buruk, yang patut ditiru atau tidak pantas ditiru, yang terpuji dan yang tercela. Jelasnya, banyak peristiwa dan karakter kehidupan manusia yang memberikan pengaruh positif atau negative terhadap kehidupan anak didik ketika berada di lingkungan masyarakat . 

Kaitannya pengembangan ilmu pendidikan Islam dengan keberadaan hal-hal yang dinamis dan perkembangan globalisasi yang memengaruhi cara hidup masyarakat dewasa ini, ilmu pendidikan Islam dituntut untuk merumuskan berbagai teori pendidikan Islam yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Pengembangan ilmu pendidikan Islam berkaitan dengan lingkungan masyarakat ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
  • Pendidikan tentang lingkungan yang bersih, yakni yang bersih dari kemaksiatan. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan diamalkan semua yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang baik menurut agama, undang-undang, dan norma-naorma yang berlaku dimasyarakat.
  • Pendidikan tentang amar ma’ruf nahi mungkar, yakni pendidikan dakwah yang menyemarakkan lingkungan masyarakat dengan berbagai kegiatan positif dan dijunjung tinggi oleh nilai-nilai keislaman, misalnya pengajian, tadarusan, bimbingan pengajian anak-anak, remaja, orang tua dan seluruh komponen masyarakat. Memperbanyak pembangunan tempat ibadah dan majelis taklim.
  • Pendidikan tentang sanksi social bagi anggota masyarakat yang merusak nama baik lingkungan social-religiusnya. Sanksi social diberlakukan dengan tetap mempertahanakan keselarasan dengan hokum yang berlaku dan nilai-nilai islami.
Problema Remaja
0

Problema Remaja

Remaja dan Problema Yang Terjadi

Umur remaja adalah umur peralihan dari anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadiannya atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemanya tidak sedikit. Telah banyak penelitian yang dilakukan orang dalam mencari problema yang umum dihadapi oleh remaja, baik di Negara yang telah maju, maupun yang masih berkembang dan di Negara kita sendiri pernah saya lakukan penelitian serupa pada tahun 1958 dalam rangka mempersiapkan tesis untuk mecapai gelar M.A. pada umumnya hasil yang dicapai oleh para peneliti di beberap Negara itu hampir sama.

Problema yang saya jumpai dalam penenlitian pada tahun 1958. masih tetap hangat dan tidak banyak berbeda dengan porblema yang dirasakan oleh remaja Indonesia sekarang ini (1976), perbedaannya hanya terletak pada kesangatan atau pada penonjolan satu problema daripada yang lain. Di antara problema yang dulu, dirasakan dan sekarang semakin tampak dengan jelas ialah :

Masalah Hari Depan

Setiap remaja memikirkan hari depannya, ia ingin mendapat kepastian, akan jadi apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan hari depan itu semakin memuncak dirasakan oleh mereka yang duduk di bangku unversita atau mereka yang berada di dalam kampus. Tidak jarang ktia mendengar kalimat-kalimat yang memantulkan kecemasan akan hari depan itu, misalnya :' hari depan suram", buat apa belajar", toh sama saja yang berijazah dan tidak berijazah sama-sama tidak dapat berkerja, dan sebagainya.

Kecemasan akn hari depan yang kurang pasti, itu telah menimbulkan berbagai problema lain, yang mungkin menambah suramnya masa depan remaja itu, misalnya, semangat belajar menurun, kemampuan berpikir berkurang, rasa tertekan timbul, bahkan kadang-kadang sampai kepada mudahnya mereka terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik, kenakalan dan penyalah gunaan narkotika. Perhatian mereka terhadap agama semakin berkurang, bahkan stidak jarang tejadi kegoncangan hebat dalam kepercayaan kepada Tuhan. Contoh dalam hal ini, sangat banyak, dapat anda perhatikan sendiri dalam setiap kampus.

Termasuk dalam pemikiran akan hari depan itu, masalah pembentukan rumah tangga di masa depan yang tidak jauh, keududukannya dalam masyarakat dan hari depan masyarakat dan bangsanya.

Masalah Hubungan Dengan Orang Tua.

Inipun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari dulu samapi sekarang. Seringkali terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dan anak-anaknya yang telah remaja atau dewasa. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja mengkuti arus dan mode, seperti rambut gondrong, pakaian kurang sopan, lagak lagu dan terhadap orang tua kurang hormat. Dalam pengalaman saya merawat orang-orang yang menderita jiwa, banyak saya jumpai ketidaksadarasian hubungan antara remaja dan orang tuanya. Yang menderit bukan remaja saja, tapi orang tua kadang-kadang menderita lagi. Ada remaja yang patah semangat, mogok belajar, menjadi nakal, melawan kepada orang tua, merusak barang-barang di rumah, lari dari rumah, benci kepada orang tua, bahkan kadang-kadang sampai kepada niat akan membunuh orang tuanya karena sangat paniknya.

Masalah Moral dan Agama

Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama dikota-kota besar barangkali pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing semakin meningkat melalui film, bacaan, gambar-gambar dan hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang datang dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agma akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah-ubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena nilai agama itu absolute itu dalam kehdidupannya sehari-hari dan tidak akan terpengaruh oleh arus kemerosotan moral yang tejadi dalam masyarakat serta dapat mempertahankan ketenangan jiwanya.

Sesungguhnya masih banyak lagi problema yan gdihadapai oleh pemuda-pemuda kita, baik yan gdalam kampus, maupun di luar kampus. Sekedar contoh kita cukupkan saja sekian.

Membina Kehidupan Beragama Dalam Kampus.

Sasaran pembinaan kehidupan beragama dalam kampus adalah manusia muda, yang masih dalam partumbuhan, yaitu mereka yang berada pada umur pembinaan terakhir, berkisar pada umur (18-24 tahun). Seperti telah kita jelaskan di atas, bahwa pemuda pemudi dala umur tersebut dapat digolongkan remaja dan dan dewasa muda. Mereka buakn lagi anak-anak yang dapat ktia nasihati, didik dan ajar dengan mduah dan bukan pula oran gdewasa yang dapat kita lepaskan untuk bertanggung jawab sendir atas pembinaan pribadinya, tapi merak adalah oran g- orang yang seang berjuang unutk mencapai kedudukan sosial yang mereka inginkan, dan bertarung dengan bermcam-macam problema hidup untuk memastikan diri, serta mencari pengangan untuk menentramkan batin dalam perjuangan hidup yang tidak ringan itu.

Keadaan jiwa pemuda-pemudi dalam kampus yang unik dank has seperti itu, perlu diperhatikan dalam penghayatan agama , yang akan menjadi bekal hidup yang abadi bagi mereka.

Tunjukkanlah Bahwa Kita Memahami Mereka

Seorang Pembina jiwa, harus dapat memahami orang yang akan dibinanya. Secara umum telah kita sebutkan cirri, sifat dan problema remaja, namun secara perorangan kita pun perlu berusaha mengetahui apa yang mereka rasakan. Mungkin saja mereka telah melakukan sesuatu yang menurut ajaran agama terlarang atau tercela, lalu mereka bertahan (membela diri secara diam-diam atau terang-terangan). Adalah tidak bijaksana kalau kita mengabaikan perasaan dan pertarungan jiwa yang mereka alami itu, lalu misalnya kita mencela mereka serta menunjukkan hukum dan ketentuan-ketentuan agama tanpa penganalisaan, mengapa hokum agam itu demikian. Maka sebaiknya kita tunjukkan bahwa apa yang mereka alami, rasakan atau derita kita pahami dan akui bahwa sukar mengatasinya. Sesudah itu barulah kita mengemukakan ajaran agama yang mengenai hal itu dengan dengan mencarikan hikmah dan manfaat dari ketentuan agama, yang secara sederhana mungkin terasa berat oleh pemuda/pemudi dalam kampus.

Setiap orang terutama remaja akan merasa senang, apabila orang lain dapat memahaminya dan mengerti perasaannya . dengan demikian mereka akan merasa simpati kepada orang yang mau mengerti perasaan dan penderitaannya. Apabila rasa simpati itu telah tercipta, biasanya mereka akan dengan mudah menerima saran dan nasihat kita. Jangan sampai kita melengahkan gejolak jiwa yang sedannnnng mengamuk dalam dada masing mereka.

Pembinaan Secara Konsultasi

Hendaknya setiap pembina kehidupan beragama itu, menyadari bahwa yang akan dibina itu adalah jiwa, yang tidak terlihat, tidak dapat dipegang atau diketahui secara langsung. Karena itu hendaklah terbuka untuk menampung atau mendengar ungkapan perasaan yang dialami oleh masing-masing mereka. Kadang-kadang perlu disediakan waktu untuk mendengar keluh kesah mereka secara berkelompok dan secara perorangan kalau perlu. Dalam kersempatan seperti itu , yang sangat diperlukan adalah kemampuan mendengar secara baik dan aktif, inilah yang dinamakan seni memndengar. Dengan itu berarti kita telah memberi kesempatan kepada pemuda/pemudi itu unutk menumpahkan segala yang menegangkan perasaannya (release of tension). Dengan tertuangnya keluar segala yang menegangkan perasaan itu, akan terbukalah hati mereka sesudah itu untuk menerima saran atua alternatif-alternatif penyelesaian dari segala problema itu, tentunya kita ambilkan dari ajaran dan ketentuan agama, yang pasti telah terjamin baiknya.

Menurut pengalaman menghadapi mereka yang menderita jiwa dengan segala macam gejalanya, terasa sekali betapa besarnya cara itu dalam pembinaan remaja. Tidak jarang saya melihat perubahan besar terjadi pada remaja hanya dalam, sekali atau dua kali pertemuan konsultasi saja. Sikap benci dan antipati kepada orang tua, guru, peminpin dan kadang-kadang terhadap agama, menjadi berubah cepat sekali, setalah batinnya lega karena telah tertumpahkan keluar dihadapan orang yang mau mendengarkan dan memahaminya.

Saya rasa semua petugas dalam pembinaan kehidupan beragama, tak lain adalah pembina jiwa atau konsultan jiwa. Sukses atau tidaknya mereka dalam melakukan pembinaan, tergantung kepada kemampuan dan kecakapan mereka untuk membina itu. Pemuda-pemudi yang kan dibina adalh orang-orang muda yang haus akan bimbingan, nasihat dan petunjuk. Mereka sedang memncari jalan untuk mempersiapkan hari depan yang diangan-angankan.

Dekatkan Agama Kepada Hidup

Hukum dan ketentuan agama itu perlu mereka ketahui. Di samping itu yang lebih penting ialah, menggerakkan hati mereka untuk secara otomatis terdorong untu,k mematuhi hukum dan ketentuan agama. Jangan sampai pengertian dan pengetahuan mereka tentang agama hanya sekedar pengetahuan yang tidak berpengaruh apa-apa. Dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Untuk keperluan usaha pendekatan agama dengan segala ketentuannya kepada kehidupan sehari-hari dengan mencarikan hikmah dan manfaat setiap ketentuan agama itu. Jangan sampai mereka menyangka bahwa hukum dan ketentuan agama merupakan perintah Tuhan yang terpaksa mereka patuhi, tanpa tanpa merasakan manfaat dari kepatuhannya itu. Hal itu tidak dapat dicapai dengan penjelasan sederhana saja, tapi memerlukan pendekatan-pendekatan secara sungguh-sungguh, yang didasarkan atas pengertian dan usaha yang sungguh pula.

Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa pembinaan kehidupan beragama dalam kampus, bukanlah suatu usaha yang dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana, tapi memahami dan mengusai berbagai ilmu alat sebagi bekal untuk membawa mereka dekat kepada agama dan membawa agama kedalam kenyataan hidup mereka sehari-hari.
Definisi  Remaja 0

Definisi Remaja

Pengertian Remaja

Menurut psikologi, definisi remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)

Definisi remaja berdasarkan para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa transisi antara masa anak anak dan masa dewasa yang meliputi perkembangan biologis, kognitif, dan social, yang artinya masa remaja bukan masa anak-anak baik dari bentuk badan, cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Pembinaan Kehidupan Beragama Bagi Remaja 1

Pembinaan Kehidupan Beragama Bagi Remaja

Pembinaan kehidupan beragama tidak dapat dilepaskan dari pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Karena kehidupan beragama itu adalah bagian dari itu sendiri. Bahkan diantara ahli jiwa ada yang berpendapat bahwa pribadi itu tidak lain kumpulan pengalaman pada umur-umur pertumbuhan (dari umur nol sampai masa remaja berakhir).

Dalam membicarakan masalah pembinaan kehidupan beragama bagi remaja dalam kampus itu, kita perlu mengingat bahwa masa pembinaan pribadi yang dilalui oleh mereka yang akan dibina itu telah banyak yang terlalu dan membawa hasilnya dalam berbagain bentuk sikap dan model kelakuan, sesuai denga pengalaman mereka masing-masing, sejak lahirsampai remaja. Dapat dibayangkan betapa besarnya keragaman sikap dan kelakuan itu, Karena masing-masing mereka telah terbina dalam berbagai kondisi dan situasi keluarga, sekolah lingkungan yang berlainan antara satu sama lain.

Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa, mereka sedang berada pada masa pembinaan terakhir, yaitu masa remaja terakhir (late adolescence) atau al-murahqah al-akhirah dan dewasa muda. Maka titik tolak kita tentang pembinaan kehidupan beragama dalam kampus akan di mulai dari sana.

Masa Remaja


Sesunggunhnya kapan masa remaja itu tidaklah pasti kapan secara tegas dimulai dan kapan pula berakhir, tergantuing kepada faktor misalnya faktor perorangan (ada yang cepat tumbuhnya, ada yang lambat). Faktor sosial yang memberi kepercayaan dan penghargaan kepada anak-anak mudanya, sehingga mereka segera diterima sebagai anggota masyarakat yang didengar pendapatnya biasanya masyarakat desa atau masyarakat yang masih terbelakang. Tapi ada pula lingkungan yang engggan memberi kepercayaan kepada remajanya, sehingga mereka dipandang sebagai anak yang harus ditolong , dinasehati, dibimbing dan dicukupi segala kebutuhannya. Disamping itu ada pula faktor ekonomi, dalm masyarakat miskin atau kurang mampu, anak-anaknya segera diberi tanggung jawab dan ikut memncari nafkah, serta keterampilan untuk mencari nafkah itu sederhana, seperti bertani, menangkap ikan, gembala ternak dan pekerjaan kasar. Sedangkan dalam masyarakat maju dan mampu, biasanya anak-anak itu tidak dibebani dengan tugas mencari nafkah, dan keterampilan yang diperlukan untuk mencari nafkah itu juga kompleks dan perlu pengetahuan dan latihan dalam masa yang panjang, masa remaja dan ketergantungan itu diperpanjang sampai mereka tamat dari universitas.

Banyak lagi faktor yang lain yang ikut menentukan masa remaja itu, tapi secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja kira-kira dimulai pada umur 13 tahun, yang ditandai dengan masuknya anak kepada masa puber, yaitu pertumbuhan seks yang membedakan anak dan remaja, yang tampak pada perubahan jasmanidari luar dan perubahan kelenjar-kelenjar yang mengalir dalam tubuhnya, yaitu pengetahuan kelenjar kanak-kanak dan mulainya kelenjar dewasa, yang mengakibatkan bertumbuhnya tanda-tanda jenis kelamin pada anak. Pada umumnya permulaan masa remaja itu dapat diketahui dengan mudah dan hampir sama pada tiap anak, yaitu kira-kira pada umur 13 tahun (misalnya mimpi bagi anak laki-laki dan haid bagi anak perempuan). Kan tetapi kapan berakhirnya masa remaja agak sukar untuk menetukan, Karena berbagai faktor ikut mempengaruhi, seperti kita sebutkan di atas. Namun pada umumnya ahli jiwa cenderung untuk mengatakan bahwa pada masyarakat maju, berakhir pada umur 21 tahun. Dimana segala macam pertumbuhan/ perubahan cepat dapat dikatakan berakhir.

Masa remaja terbagi pada dua tingkat, pertama masa remaja pertama, kira-kira umur 13 tahun sampai umur 16 tahun. Dan kedua masa remaja terakhir, kira-kira 17 sampai dengan umur 21 tahun, yang merupakan pertumbuhan/perubahan terakhir dalam pembinaan pribadi dan sosial. Sedangkan kematangan beragama biasanya dicapai pada umur 24 tahun.

Dengan itu dapat kita katakan bahwa mahasiswa yang menjadi sasaran dalam pembinaan kehidupan beragama dalam kampus itu adalah mereka telah berada pada masa remaja terakhir dengan cirri-ciri tertentu, yang perlu mendapat perhatian.

Ciri-ciri tersebut antara lain :

Pertumbuhan jasmani cepat telah selesai


Ini berarti bahwa mereka teah matang, jika dipandang dari segi jasmani. Artinya segala fungsi jasmaniah akan mulai atau telah dapat bekerja. Kekuatan/tenaga jasmani sudah dapat dikatakan sama dengan orang dewasa. Dari segi seks, mereka telah mampu berketurunan. Pertumbuhan jasmani dari luar atau alam (kelenjar) yang telah matang itu akan menimbulakn dorongan-dorongan seks, yang perlu mendapat perhatian. Karena dorongan tersebut cukup kuat, sebab ia merupakan kebutuhan biologis yang menimbulkan kegoncangan emosi, yang selanjutnya membawa kepada macam-macam tindakan, kelakuan atau sikap yang menjurus kearah pemuasan dorongan tersebut. Sikap dan tindakan atau kelakuan yang terjadi akibat kematangan tersebut berbeda antara satu sama lain, sesuai dengan konstruksi pribadi yang mereka lalui masing-masing. Serta faktor lingkugan dimana mereka hidup. Pendidikan agama dan pengalaman dalam keluarga dan lingkungan yang dilalui pada masa-masa pertumbuhan sebelum itu, akan mewarnai sikap dan tindakan mereka itu. Akan tetapi diantara mereka ada yang mencari kepuasan dengan cara langsung, tanpa mengindahkan ketentuan agama dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, disamping mereka yang sangat menjaga dan berhati-hati sekali, karena sangat menjaga ketentuan agama dan nilai-nilai moral yang berlaku didalam masyarakat lingkungannya. Oleh karena itu berbagai usaha untuk menghadapi, membina dan mengarahkan mereka kepada cara hidup yang baik, sesuai dengan ajaran agama tidaklah mudah, apabila tidak diingat atau tidak diperhatikan latar belakang kehidupanm mereka dulu.

Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai


Mereka telah memahami hal-hal yang abstrak, serta mampu ,mengambil kesimpuilan abstrak dari kenyataan yang dilihatnya. Sebagai akibat dari kematangan kecerdesan itu, mereka selalu menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap setiap ketentuan hokum agama yang dibawakan. Mereka menghendaki agar semua ketentuan agama dapat dipahami. Apa yang dahulu mereka terima tanpa rasgu-ragu, setelah masa remaja terakhir mereka memasuki, semua ketentuan itu akan menjadi soal dalam hati mereka, bahkan mungkin secara terang-terangan akan mereka tanyakan kembali, karena keragu-raguan telah menghadapi mereka akibat kematangan kecerdasan. Karena itulah maka banyak guru-guru agama merasa terdesak oleh pertanyaan-pertanyaan pada remaja, yang merasa kurang puas terhadap penjelasan-penjelasan guru atau dosen agama, yang didasarkan atau hokum dan ketentuan yang pasti (wajib, sunat, mubah, makruh, dan haram), tanpa mengenalinya, serta tidak menghubungkan dengan kehidupan remaja itu.

Pertumbuhan pribadi belum selesai


Mereka sedang mengalami kegoncangan dan ketidakpastian. Dari segi jasmaniah mereka telah merasas cukup matang dan telah seperti orang dewasa. Demikian pula dari segi kecerdasan merasa telah memapu berpikir obyektif dan dapat mengambil kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang ada, tapi merka belum mampu berdiri sendiri, belum sanggaup mencari nafkah untuk membiayai diri dan utnuk memenuhi segala kebutuhannya. Pada umumnya hal yang seperti itu akan sangat terasa bagi remaja yang hidup dalam masyarakat maju, karena kebutuhan utnuk nyata diri semakin meningkat. Persaingan dalam mencpai keududkan di antara teman-teman semakin berat, sebab syarat-syarat hidup semakin tinggi.

Pada umur ini, perhatian dari jenis lain sangat diharpakan. Apabila teman-temannya dari jenis lain kurang menaruh perhatian, ia akan merasa sedih, mungkin akan cendrung kepad amenyendiri, atau mencoba melakukan hal-hal yang menarik perhatian. Bahkan kadang-kadang ada yang mengalami kegoncangan jiwa dengan bermacam-macam gejala. (nanti kita bicarakan tersendiri).

Pertumbuhan jiwa sosial masih berjalan


Pada umur ini sangat terasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi remaja. Mereka akan meras sangat sedih, apabila diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat teman-temannya. Karena itu mereka tidak mau ketinggalan dari mode atau kebiasaan teman-temannya. Mereka sangat gelisah apabila dipandang rendah atau diejek oleh teman-temannya, terutama teman dari lain jenis. Sedemikian pentingnya penghargaan teman-temannya, biasanya merka memihka kepada teman-temannya. Kadang-kadang remaja itu sangat marah kepada orang tuanya, apabila orang tuanya itu mencela teman-temannya. Mereka sangat marah atau tidak senang apabila ditegur, dikritik atau dimarahi di depan teman-temannya, karena tidak akan kehilangan penghargaan teman-temannya. Perhatian dan minatnya terhadap kepentingan masyarakat sangat besar. Kesusahan dan penderitaan orang dalam masyarakat akan menyebabkan mereka merasa terpanggil untuk membantu atau memikirkannya. Ketidakadilan atau kemorosotan moral dalam mayarakat mereka mempengaruhi sikap mereka terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, agama, pemerintah, guru dan orang tua mereka sendiri. Karena itulah maka tdak jarang terjadi tindakan-tindakan yang menujukkan ketidakpuasan itu, ada mereka ledakakn dalam bentuk demontrasi, mogok atau serangan. Dan ada pula dengan jalan membentuk "geng-geng" dengan brbgaai macam kelakuan. Disamping itu ada pula yang mereka pantulkan dalam kenakalan dan penyalahgunaan narkoba.

Keadaan jiwa agam yang tidak stabil. Tidak jarang kita melihat remaja pada umur-umur ini mengalami kegoncangan atau ketidakstabilan dalam beragama. Misalnya mereka kadang-kadang sangat tekun menjalani ibadah, tapi waktu lain enggan melaksanakannya, bahkan mungkin menunjukkan seolah-olah mereka anti agama. Kekecewaaan yang dialami oleh remaja dalam kehidupan dapat membawa akibat terhadap sikapnya kepada agama. Pernah seorang pemuda yang berumur 22 tahun dari salah satu universitas mengalami kegoncangan hebat setelah hubungannya putus dengan teman wanitanya. Pemuda yang pada mulanya tekun beragama, rajin beribadah dan aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan. Setelah hubungannya putus dengan teman karibnya yang wanita itu putus, ia nerasa putus asa terhadap tuhan, lalu berhenti sembahyang dan tidak mau aktif dalam kegiatan keagamaan dan lebih dari itu ia mulai mengunjungi tempat-tempat wanita tunasusila. Dalam hatinya berkecamuk berbagai perasaan, kadang-kadang timbul rasa dosa, rasa dendam terhadap teman karibnya yang telah meninggalkannya itu dan kadang-kadang rasa puas terutama setelah ia mengetahui bahwa ada juga di antara temannya yang disangkanya baik mengunjungi yang ternoda itu. Pemuda tersebut akhirnya mengalami konflik jiwa yang agak berat, sehingga ia telah merasa menjadi gila, kendatipun sebenarnya ia masih teatp waras. Kuliah-kuliah tidak dapat diikutinya lagi, kemampuan berpikirnya menurun, kesanggupannya untuk konsentrasi berkurang, dan ia menjadi pelupa. Pemuda tersebut terpaksa mengalami perawatan jiwa, dan ingatkan kembali kepada sifat-sifat Tuhan Yang Maha Pengampun dan Penyayang, disamping perawatan jiwa menurut teknis ilmiah biasa. Akhirnya ia kembali kepada tuhan, mohon ampun dan bertobat,serta kembali tekun beragama, dan tekun kembali ke bangku kuliahnya.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 0

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalm diri siswa dan faktor yang dating dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama menyangkut kemampuan yang dimliki iswa. Faktor ini besar sekal pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan dicapai. Clark dalam Nana Sudjana (2001 : 39) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% di pengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkunga. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi social ekonomi, kondisi fisik dan psikis.
Selain faktor dari dalam diri dan faktor lingkungan, ada faktor lain yang turut menentukan hasil belajar siswa yaitu faktor pendekatan belajar (approach to learning). Ini berkaitan dengan upaya belajar yang dilakukan siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran. Ketiga faktor ini dalam banyak hal saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Carol berpendapat bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor yakni
  • Faktor bakat belajar
  • Faktor waktu yang tersedia untuk belajar
  • Faktor kemampuan individu
  • Faktor kualitas pengajaran
  • Faktor lingkungan.
Dari kelima faktor tersebut, faktor pertama sampai ke empat berkenaan dengan kemampuan individu, sedangkan faktor terakhir merupakan faktor yang datangnya dari luar diri siswa yaitu faktor lingkungan.

Bentuk dan Tipe Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting untuk diketahui oleh guru, agar guru pada tahap selanjutnya dapat mendesain pembelajaran secara tepat dan makna. Setiap proses pembelajaran hendaknya tingkat keberhasilannya dapat diukur, disamping dapat diukur dari segi prosesnya. Tipe hasil belajar yang di maksud perlu nampak dalam perumusan tujuan pembelajaran (instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses pembelajaran. Ada beberapa pendapat yang dapat di pakai untuk melihat peristiwa atau proses belajar. Dari berbagai pendapat yang ada dapat diklasifikasikan menjadi tiga sudut pandang, yakni:
  • Memandang belajar sebagai proses
  • Memandang belajar sebagai hasil
  • Memandang belajar sebagai fungsi
Ketiga cara pandang ini nampaknya perlu dipahami oleh guru sebab guru adlah Pembina, pembimbing, dan pengarah kegiatan belajar siswa.
Howard Kingsley (1989:45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni:
  • Keterampilan dan kebiasaan
  • Pengetahuan dan pengertian
  • Sikap dan cita-cita
Masing-masing dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
Gagne (1985:82) mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni:
  • Informasi verbal (verbal information)
  • Keterampilan intelektual (intelektuan skill)
  • Strategi kognitif (cognitive strategy):
  • Sikap (attitude);
  • Keterampilan motorik (motor skill)