Alfan Fazan Jr.: Seri Pendidikan Inklusif - Oretan tentang pendidikan di Indonesia
Tampilkan postingan dengan label Seri Pendidikan Inklusif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seri Pendidikan Inklusif. Tampilkan semua postingan
Tes Formatif PPI 0

Tes Formatif PPI


Contoh Kasus 1

 

Geri berusia 12 tahun ia lahir pada tgl 17 Agustus 1999.Setelah diadakan identifikasi Geri adalah termasuk anak Tunagrahita ringan (mild ) dengan IQ 70. Ia sekolah di SD Senang Kota Bahagia. Jika dipanggil dan ditanya namanya Geri dapat menyebutkan namun tidak jelas huruf R nya sehingga diucapkan Gei. Jika di tanya dengan menunjukkan bapaknya ia menjawab “papa” serta jika ditunjukkan ibunya. Ia mengucapkan “mama”. Selain ucapan papa. Mama,maem dan menyebutkan namanya sendiri, Geri bisa mengucapkan “pipi” Sehabis pulang sekolah Ia selalu bermain sepeda roda tiga namun masih dijaga jika Geri bermain di jalan raya. Saat pelajaran olah raga Geri berlari-lari, melompat dan bermain memanjat pohon di halaman sekolah. Dalam kegiatan bina diri Geri telah memiliki ketrampilan melepas pakaiannya sendiri, makan , dan ke kamar mandi sendiri.Menurut orang tuanya Geri suka bermain mainan sendiri tetapi harus ditemani orang yang lebih dewasa, ia tidak bisa bergaul dengan teman sebayanya. Pada saat di kelas ,jika diberikan pelajaran yang berat maka kesehatan Geri mulai tidak memungkinkan ia akan kejang-kejang karena memang Geri selalu dalam perawatan dokter. Pada saat Geri di kelas ia tidak dapat mengikuti pelajaran yang diberikan gurunya di kelas 3 dibandingkan dengan kemampuan siswa seusia Geri. Dengan kondisi seperti ini maka Geri memerlukan PPI

 

Berdasarkan kasus 1 maka kondisi Geri untuk analisa yang berkaitan dengan PPI kesiapan prakademik yang telah dicapai adalah ……

  • Geri dapat memasangkan /menjodohkan benda-benda sederhana seperti menyamakan bentuk dalam kotak
  • Geri dapat memakai dan melepas pakaian, makan dan ke kamar mandi sendiri
  • Lebih suka mengamati teman-temannya daripada beriteraksi langsung
  • Geri cenderung bermain sendiri asyik dengan mainannya, tetapi selalu ditemani oleh orang dewasa
  • Pernah tidak naik kelas

 

Perhatikan data berikut ini “pada saat Geri di kelas ia tidak dapat mengikuti pelajaran yang diberikan gurunya di kelas 3 dibandingkan dengan kemampuan siswa seusia Geri”. PPI apakah yang dapat diprogramkan untuk kondisi Geri ini ….

  • Guru berkonsultasi dengan orang tuanya dan telah mendapatkan perawatan dari dokter bahwa jika Geri terjadi kejang-kejang maka akan diberi tablet sekali pada waktu makan siang
  • Ahli bina wicara untuk membantu guru menyusun berbagai program latihan wicara
  • Guru melatih akademik sederhana dibantu orang tua untuk Geri dapat mengucapkan nama sendiri dan beberapa kata seperti mama, mimik, maem, pipi, papa
  • Guru olah raga khusus bekerjasama dengan guru kelas mendiskusikan menyusun program latihan melempar bola dan naik sepeda roda tiga
  • Perawat akan berkonsultasi dengan orang tuanya tentang kebiasaan Geri pada saat makan

 

Contoh kasus 2

 

Yeni berumur 12 tahun, ia tergolong siswa yang membutuhkan perhatian khusus. Tempat tinggal Yeni jauh dari sekolah luar biasa ( SLB ), sehingga Yeni duduk di kelas 3 SD yang tidak jauh dari rumahnya. Dengan usia 12 tahun duduk di kelas 3 Yeni termasuk anak yang bermasalah.Orang tuanya terlambat memasukkan sekolah karena banyak sekolah yang tidak mau menerima Yeni dengan kondisi kurang konsentrasi,agresif dan tidak dapat duduk dengan tenang . Pada saat guru memberikan pembelajaran Yeni selalu berlari-lari disekitar kelas atau suka mengambil benda yang dipegang teman lainnya seperti pensil, buku ,penggaris dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan mengganggu konsentasi teman lainnya dan menyusahkan guru dalam memberikan pelayanan.Dengan hal tersebut guru kelas,guru pembimbing khusus dan kepala sekolah menyusun program pembelajaran individual, dengan harapan agar Yeni dapat diberikan layanan sesuai dengan kondisinya sehingga tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal.

Berdasarkan contoh kasus ke 2, Prosedur,Teknik, materi, dan faktor motivasi khusus yang kurang tepat diprogramkan untuk PPI Yeni adalah ….

  • teruskan dengan materi kurikulum akademik yang baku, sehingga Yeni dapat sering kembali ke kelas biasa
  • intervensi dengan individual, baru kemudian dengan kelompok kecil 2 orang, 3 orang
  • ahli bina wicara untuk membantu guru menyusun berbagai program latihan wicara
  • intervensi dengan individual, baru kemudian dengan kelompok kecil 2 orang, 3 orang
  • menggunakan penanganan modifikasi tingkah laku

 

Berikut ini adalah Jenis Model Program PPI

  • Model berbentuk metrik atau uraian diskripsi
  • Model yang memiliki komponen: identitas siswa, kemampuan sekarang, rekomendasi, catatan kesehatan,perhatian khusus, tujuan jangka panjang dan pendek
  • Model yang memiliki komponen: latar belakang, isi kasus, tujuan, jadwal dan evaluasi
  • Model yang memiliki komponen : diskripsi kemampuan sekarang, tujuan jangka panjang dan pendek,serta placement
  • Membentuk tim, analisis kemampuan, mengembangkan tujuan, merancang dan menentukan metode evaluasi

 

Aspek-aspek yang akan dievaluasi dalam PPI meliputi ….

  • tes kemampuan akademik, tes inteligensi, perilaku sosial,kemampuan bahasa, dan riwayat perkembangan anak.
  • tes hasil belajar, inteligensi, tes sosial, bahasa & laporan perkembangan
  • tes intelektual, tes sosial dan emosi
  • tes kemampuan kecerdasan, kemampuan sosial dan emosional
  • tes asesmen kompetensi minimal
Tes Formatif Planning Matrix 0

Tes Formatif Planning Matrix


Apakah fungsi utama dari planning matrix?

  • Alat bantu untuk menentukan prioritas indikator yang akan dikembangkan pada anak.
  • Rujukan bagi ahli untuk mengetahui kondisi utuh siswa.
  • Sebagai berkas dokumentasi kemampuan siswa.
  • Membantu orang tua untuk mengetahui profil anaknya.
  • Alat bantu guru untuk menyusun profil siswa.

 

Dampak apakah yang muncul ketika hasil asesmen menunjukkan bahwa siswa tidak mampu membaca seluruh huruf?

  • Siswa kesulitan mengikuti instruksi visual.
  • Siswa kesulitan mengikuti instruksi yang diberikan guru.
  • Siswa kesulitan membaca suku kata.
  • Siswa mengalami tekanan psikis ketika belajar
  • Siswa kesulitan berkonsetrasi saat pembelajaran.

 

Apakah komponen utama dalam planning matrix yang digunakan sebagai acuan penentuan prioritas indikator yang akan dikembangkan pada siswa?

  • Strategi.
  • Deskripsi kemampuan siswa.
  • Dampak.
  • Strategi dan deskripsi kemampuan siswa.
  • Seluruh komponen.

 

Apakah komponen utama dalam planning matrix yang digunakan sebagai acuan penentuan rekomendasi yang akan diberikan untuk mengembangkan kemampuan pada siswa?

  • Strategi.
  • Deskripsi kemampuan siswa.
  • Dampak.
  • Strategi dan deskripsi kemampuan siswa.
  • Seluruh Komponen
Tes Formatif Asesmen 0

Tes Formatif Asesmen


Bacalah contoh kasus berikut!

 

Nila berusia 7 tahun akan mendaftar di sekolah dasar. Hasil identifikasi menunjukkan Nila memiliki kecenderungan mengalami gangguan penglihatan Low Vision. Sekolah hendak melakukan asesmen kemampuan membaca kata untuk Nila, tetapi sekolah tidak memiliki data perkembangan kemampuan membaca Nila.

 

Berdasarkan kasus tersebut, jawablah pertanyaan No 1 sampai 3!

 

Indikator apa yang memungkinkan dilakukan asesmen untuk mengetahui kemampuan membaca Nila?

  • Membaca paragraf singkat.
  • Membaca rambu-rambu lalu-lintas
  • Membaca kata tunggal
  • Membaca petunjuk penggunaan alat.
  • Membaca karya sastra lama Indonesia.

 

Bacalah contoh kasus berikut!

 

Nila berusia 7 tahun akan mendaftar di sekolah dasar. Hasil identifikasi menunjukkan Nila memiliki kecenderungan mengalami gangguan penglihatan Low Vision. Sekolah hendak melakukan asesmen kemampuan membaca kata untuk Nila, tetapi sekolah tidak memiliki data perkembangan kemampuan membaca Nila.

 

Berdasarkan kasus tersebut, jawablah pertanyaan No 1 sampai 3!

 

Teknik pengumpulan data apakah yang disarankan untuk memperoleh data kemampuan membaca Nila?

  • Wawancara dan Dokumentasi.
  • Tes dan Wawancara
  • Dokumentasi dan Observasi
  • Observasi, Dokumentasi dan Wawancara
  • Tes, Observasi dan Wawancara.
 
Bacalah contoh kasus berikut!
 
Nila berusia 7 tahun akan mendaftar di sekolah dasar. Hasil identifikasi menunjukkan Nila memiliki kecenderungan mengalami gangguan penglihatan Low Vision. Sekolah hendak melakukan asesmen kemampuan membaca kata untuk Nila, tetapi sekolah tidak memiliki data perkembangan kemampuan membaca Nila. 
 
Berdasarkan kasus tersebut, jawablah pertanyaan No 1 sampai 3!
 
Pihak yang tidak perlu dilibatkan untuk mengetahui kemampuan membaca Nila adalah?
  • Guru Pembimbing Khusus
  • Guru Kelas
  • Pengawas Sekolah
  • Terapis
  • Orang Tua

 

 

 

Berdasarkan gambar 1, apakah kesalahan yang muncul dalam menuliskan indikator pada kemampuan membaca?

  • Pemilihan kata melafalkan menimbulkan multi tafsir.
  • Kata melafalkan tidak termasuk dalam kata kerja yang operasional.
  • Satu indikator hendaknya mencakup satu huruf saja yang perlu dilafalkan.
  • Pembagian huruf menjadi vokal dan konsonan.
  • Pemilihan kata yang ditunjukkan kurang sesuai.

 

 

 

Selain tes lisan, teknik pengumpulan data apa lagi yang paling optimal untuk mengukur kemampuan membaca sebagaimana ditunjukkan gambar 1?

  • Wawancara dengan orang tua.
  • Observasi siswa saat waktu luang
  • Wawancara dengan teman terdekat siswa.
  • Observasi siswa saat ujian
  • Tes tertulis.
Tes Formatif Identifikasi 0

Tes Formatif Identifikasi


Kasus 1 

 

Dika berumur 10 tahun dan sekolah di SD Pelita Hati di kota Sumedang. Dika masih duduk di kelas 2 karena ia pernah tidak naik kelas. Dika adalah anak yang sedikit pemalu dan terlihat kurang percaya diri. Apa bila ia diberikan pertanyaan oleh gurunya, sering kali ia menengok ke temannya untuk memastikan apakah jawaban yang ia sampaikan benar. Dika jarang teribat dalam percakapan dengan teman-temannya, ia cenderung hanya mengamati dan tersenyum saat ada yang lucu atau menjawab dengan kalimat yang singkat saat ditanya. Dalam kamampuan akademik banyak nilai Dika yang berada di bawah rata-rata kelasnya, Dika membutuhkan pengulangan yang banyak untuk akhirnya ia paham materi yang diajarkan. Hal ini dikarenakan sampai saat masih belum lancar membaca dan menulis yang mengakibakan ia sering kesulitan mehamami isi bacaan dan menjawab pertanyaan dari soal-soal dalam setiap mata pelajaran. Ketika sekolah mengadakan psikotes, Dika ikut di tes dan mendapatkan angka IQ 75.

 

Berdasarkan contoh kasus di atas, jawabah pertanyaan No 1 dan 2 

 

1. Berikut adalah keadaan dan karakteristik unik Dika yang menunjukkan bahwa ia memiliki hambatan lamban belajar, kecuali:

  • Hasil tes IQ dika menunjukkan angka 75
  • Membutuhkan pengulangan yang banyak untuk memahami materi yang diajarkan
  • Lebih suka mengamati teman-temannya daripada beriteraksi langsung
  • Pernah tidak naik kelas
  • Banyak mata pelajaran yang niainya berada di bawah rata-rata

 

2. Walau Dika kesulitan dalam membaca dan menulis, Dika tidak diategorikan mengalami hambatan dalam disleksia karena?

  • Dika masih bisa membaca walau belum lancar
  • Hasil tes IQ menunjukkan IQ dika berada di bawah normal
  • Dika pernah tidak naik kelas
  • Banyak nilai Dika yang di bawah rata-rata
  • Sedikit pemalu dan kurang percaya diri

 

kasus 2


Adi adalah seorang anak laki-laki berumur 4 tahun yang masih berada di TK kecil. Di sekolah, Adi nampak tidak bisa duduk diam dan sering terihat melompat-lompat atau memutar-muatarkan badannya. Adi sama sekali tidak terarik untuk bermain dengan temannya, dan cenderung tidak pernah menghiraukan panggilan teman atau gurunya dan menghindari kontak mata. Adi sering bermain sendiri dan asyik dengan benda-benda kecil yang ada di kelasnya, misal potongan puzzle atau biji ronce yang ia mainkan dengan diputar-putarkan. Dalam kemampuan komunikasi Adi sama sekali belum bisa mengatakan satu pun kata bermakna. Emosi nampak Adi masih sangat fluktuatif, ia kadang tiba-tiba tertawa sendiri, menangis tiba-tiba dan marah atau memukul temannya tanpa sebab. Adi pun seringkali menutup telinganya ketika ada sura bising di kelas, atau mengamuk saat diajak beraktivitas yang melibatkan indra perabanya, misal mengelem, atau jalan di rumput.

 

Berdasarkan kasus 2, jawablah pertanyaan no 3!

 

3. Berdasarkan contoh kasus ke 2, hambatan apa yang dialami oleh Adi?

  • ADHD
  • Tunagrahita
  • Gangguan pendengaran
  • Autisme
  • Tunalaras


4. Anak dengan ADHD adalah anak yang cukup sering dijumpati di sekolah, karena angka kejadinnya cukup tinggi, berkikut adalah karakteristik unik anak dengan ADHD, kecual:

  • Sulit untuk duduk diam ditandai dengan kaki dan tangan sering bergerak-gerak ketika duduk
  • Sulit bermain atau beraktivitas dengan tenang
  • Sering tidak selesai dalam mengerjakan tugas
  • Memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal
  • Sering menghilangkan benda-benda yang diperlukan dalam mengerjakan tugas


5. Dilapangan kadang anak dengan tunagrahita seringkali tertukar dengan anak yang lamban berlajar atau kesulitan belajar spesifik (disleksia/dikalkulia/disgrafia), berikut salah satu karakteristik unik yang paling membedakan anak tunagrahita dari lamban belajar atau kesulitan belajar spesifik yaitu:

  • Mengalami hambatan dalam membaca
  • Memiliki IQ kurang dari 70
  • Memiliki rasa percaya diri yang rendah
  • Prestasi akademik di bawah rata-rata anak diusianya
  • Kesulitan dalam mengenali bentuk mengoprasikan
 Kuis dan Jawaban : Program Pembelajaran Individual (PPI) Pembelajaran Ke-8 0

Kuis dan Jawaban : Program Pembelajaran Individual (PPI) Pembelajaran Ke-8

Pembelajaran Individual dikenal dengan The Individualized Education Program (IEP) yang diprakarsai oleh SAMUEL GRIDLEY HOWE tahun 1971, yang merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). Bentuk pembelajaran ini sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1992, yang merupakan satu rancangan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) agar mereka mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya dengan lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). MERCER and MERCER (1989) mengemukakan bahwa “program pembelajaran individual menunjuk pada suatu program pembelajaran dimana peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) bekerja dengan tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi dan motivasinya”. Hal ini disebabkan karena perbedaan antara individu pada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) sangat beragam, sehingga layanan pendidikannya lebih diarahkan pada layanan yang bersifat individual, walaupun demikian layanan yang bersifat klasikal dalam batas tertentu masih diperlukan.

 

Question 1 of 4


Bagaimana cara anda melakukan identifikasi terhadap peserta didik yang anda rasakan berbeda dengan peserta didik lainnya?

Tuliskan minimal 150 kata


Jawaban

Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus dilakukan dengan melihat kodisi fisik peserta didik, kemampuan kognitif, dam laporan dari orang tua/keluarga. pertama dengan melihat kondisi fisik anak. Identifikasi kondisi fisik anak dapat dilakukan dengan melihat langsung menggunakan indera manusia (indera penglihatan dan pendengaran), tetapi guru jangan langsung menetapkan anak berkebutuhan khusus. Kedua, guru kelas melakukan identifikasi saat mulai pembelajaran berlangsung, sehingga saat pembelajaran dapat dilihat bagaimana siswa mengikuti pembelajaran. Guru mencatat, mengamati dan memberikan sedikit soal/tes untuk mengetahui kemampuan anak. Ketiga, dengan melakukan wawancara dengan orang tua atau keluarga anak sehingga dapat diketahui riwayat perkembangan atau riwayat kebutuhan khusus dari anak tersebut.

Ada beberapa langkah dalam rangka pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan khusus. Untuk anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa pada sekolah tertentu, identifikasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Menghimpun data tentang anak, Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas (berdasar gejala yang nampak pada siswa) melalui instrumen-instrumen daftar ceklist perkembangan anak, baik secara fisik atau psikis. Bisa juga dengan membaca hasil tes psikologi yang pernah dilakukan anak sebelumnya.
  2. Menganalisis data dan mengklasifikasi anak, Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong anak dengan kebutuhan khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri dan standar nilai yang telah ditetapkan. Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam daftar nama-nama anak yang berindikasi kelainan. Sedangkan untuk anak-anak yang tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar khusus tersebut. Kemudian data ini bisa dilanjutkan lagi kepada ahli PLB / Orthopedagog untuk ditindaklanjuti.
  3. Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah, Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan kepada Kepala Sekolah untuk mendapat saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
  4. Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference), Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data anak dengan kebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat melibatkan: (1) Kepala Sekolah sendiri; (2) Dewan Guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga professional terkait, jika tersedia dan dimungkinkan; (5) Guru Pembimbing Khusus (Guru PLB) jika tersedia dan memungkinkan.
  5. Menyusun laporan hasil pertemuan kasus, Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya perlu dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus

 

Question 2 of 4

Kapan asesmen dan planing matrix dapat dilaksanakan? Jelaskan!


Jawaban:

Tujuan Planning Matrix

  1. Memetakan kondisi aktual akademik maupun kekhususan peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan.
  2. Menganalisis dampak dari masing-masing aspek kondisi aktual peserta didik berkebutuhan khusus baik akademik maupun kekhususannya. 
  3. Menganalisis strategi layanan yang tepat pada ABK sesuai dengan kondisi dan kebutuhan khusus peserta didik berkebutuhan khusus baik akademik maupun kekhususannya.

Fungsi Planning Matrix

  1. Memudahkan guru/terapis dalam menetapkan kondisi awal aktual (baseline) peserta didik berkebutuhan khusus baik aspek akademik maupun kekhususan.
  2. Membantu guru/terapis dalam mempuan mapping kondisi peserta didik berkebutuhan khusus secara komprehensif. 
  3. Memudahkan guru/terapis dalam menetapkan skala prioritas layanan kekhususan yang harus segera dilakukan.

Prosedur Pengembangan Planning Matrix

  1. Mengkategorikan data hasil asesmen berdasarkan jenis hambatan/ kelaianan peserta didik berkebutuhan khusus.
  2. Membuat tabel mapping peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan jenis hambatan/kelainannya sesuai dengan temuan asesmen. 
  3. Menuangkan temuan kondisi aktual karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus pada tabel mapping yang telah dibuat. 
  4. Menganalisis dampak temuan kondisi aktual peserta didik berkebutuhan khusus dan dituang pada tabel yang telah dibuat. 
  5. Menganalisis strategi layanan pada setiap temuan kondisi aktual peserta didik berkebutuhan khusus dan dituangkan pada tabel yang telah dibuat. 
  6. Menganalisis skala prioritas layanan berdasarkan berat ringannnya dampak yang telah dituangkan pada tabel tersebut.

Jadi, berdasarkan dari rumusan di atas, Assesmen dilakukan setelah dilakukan proses indetifikasi kepada peserta didik. Asesmen dipergunakan sebagai dasar pembuatan program bagi peserta didik. Namun sebelum pembuatan program bagi peserta didik dituangkan dahulu dalam planning matrix untuk mengetahui baseline peserta didik. Setelah dilakukan assesmen maka dilanjutkan dengan planning matrix. Planning matrix merupakan simpulan dari hasil asesmen. Planning matrix adalah mapping deskripsi tentang kondisi ABK secara individu yang menggambarkan tentang kondisi aktual hambatan karakteristiknya, dampak, strategi layanan dan media yang diperlukan dalam intervensi.

 

Question 3 of 4

 

Mengapa pengembangan kurikulum dalam bentuk akomodasi kurikulum merupakan program pembelajaran bagi PDBK sebagai sebuah kebutuhan ?

Tuliskan minimal 150 kata!


Jawaban:

Dikatakan sebagai sebuah kebutuhan dikarenakan pembelajaran bagi PDBK memiliki keunikan dibandingkan dengan pembelajaran dalam setting kelas peserta didik reguler. Ketika guru bagi PDBK melaksanakan pembelajaran, maka dalam praktiknya tidak cukup berpijak pada dokumen kurikulum yang disediakan secara standar nasional, misalnya hanya melihat KI-KD dan SKL, tetapi harus memanfaatkan hasil analisis asesmen.

Hal ini dikarenakan PDBK memiliki keunikan individu atau dengan kata lain, PDBK di dalamnya rentan terhadap perbedaan individual. Oleh karena itu, guru bagi PDBK harus memiliki keterampilan dalam melaksanakan pengembangan kurikulum. prinsip-prinsip pengembangan terdiri dari; relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas, efisiensi, prinsip berorientasi tujuan, prinsip model perkembangan kurikulum, prinsip keseimbangan, prinsip keterpaduan dan prinsip mutu. model pengembangan kurikulum untuk PDBK, sebagai berikut : 1) Model Kurikulum Reguler Penuh; 2) Model Kurikulum Reguler dengan Modifikasi ; 3) Model Kurikulum PPI; 4) Model Adaptasi.
 

Question 4 of 4


Jelaskan peran guru kelas atau guru mata pelajaran (mapel) dalam penyusunan PPI!

Tuliskan minimal 150 kata!


Jawaban:

Peran guru dalam Program Pembelajaran Individual adalah harus memastikan berorientasi pada peserta didik, Sesuai potensi dan kebutuhan anak, Memperhatikan kecepatan belajar masing-masing, Mengejar ketertinggalan dan mengoptimalkankemampuan.

Selain itu juga harus seuai dengan fungsi utama dari PPI tersebut.

Fungsi Program Pembelajaran Individual:

  1. Untuk memberi arah pengajaran; dengan mengetahui kekuatan, kelemahan dan minat peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) maka program yang diindividualisasikan terarah pada tujuan atas dasar kebutuhan dan sesuai dengan tahap kemampuannya saat ini.
  2. Menjamin setiap peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) memiliki suatu progrm yang diindividualkan untuk mempertemukan kebutuhan khs mereka dan mengkomunikasikan program tersebut kepada orang-orang yang berkepentingan.
  3. Meningkatkan keterampilan guru dalam melakukan asesmen tentang karakteristik kebutuhan belajar tiap peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) dan melakukan usaha mempertemukan dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK).
  4. Meningkatkan potensi untuk komunikasi antar atau dengan anggota tim, khususnya keterlibatan orang tua, sehingga sering beretemu dan saling mendukung untuk keberhasilan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) dalam pendidikan
  5. Menjadi wahana bagi peningkatan usaha untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih efektif.
Kuis dan Jawaban : Sekolah Ramah Anak Pembelajaran Ke-4 0

Kuis dan Jawaban : Sekolah Ramah Anak Pembelajaran Ke-4

Sekolah Ramah Anak adalah satuan pendidikan yang mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak,dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, dan mekanisme pengaduan. Menurut Anda, bagaimana hubungan sekolah ramah anak dengan sekolah inklusif?

Referensi jawaban:

Sekolah yang ramah terhadap anak merupakan sekolah di mana semua peserta didik memiliki hak untuk belajar mengembangkan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin, di dalam lingkungan yang nyaman dan terbuka. Sekolah menjadi “ramah” apabila keterlibatan dan partisipasi semua pihak dalam pembelajaran tercipta secara alami dengan baik. Sekolah bukan hanya tempat untuk peserta didik belajar, tapi guru pun juga ikut belajar dari keberagaman anak didiknya. Misalnya guru memperoleh hal yang baru tentang cara mengajar yang lebih efektif dan menyenangkan dari keunikan serta potensi setiap peserta didik.


Salah satu fokus UU Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 adalah pencegahan kekerasan dan perlindungan anak berbasis sekolah. Sekolah Ramah Anak menjadi upaya penyelesaian penghapusan kekerasan berbasis sekolah. Sekolah ramah anak merupakan model sekolah yang memastikan setiap anak secara inklusif berada dalam lingkungan yang aman, nyaman secara fisik, sosial, psikis dan dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai fase perkembangannya. Serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Sekolah Ramah Anak mengikutsertakan orang tua memiliki tanggung jawab bersama dengan sekolah untuk menjaga anak berproses dalam dunia pendidikan. Selain itu, menjunjung prinsip-prinsip tanpa kekerasan dan diskriminasi; Mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak. Memperhatikan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Penghargaan terhadap pendapat dan partisipasi anak.

Area realisasi Sekolah Ramah Anak meliputi relasi sehari-hari, manajemen dan peraturan sekolah, sarana, prasarana dan lingkungan, kurikulum dan kebijakan. Relasi sehari-hari guru, murid, tenaga kependidikan, serta pihak lain di lingkungan sekolah adil dan setara. Manajemen sekolah dan peraturannya dibuat menggunakan perspektif perlindungan anak. Sarana dan prasarana sekolah serta lingkungannya diharapkan sesuai dengan keamanan dan kebutuhan anak. Begitu pula kurikulum dan kebijakannya, mengacu pada tujuan kepentingan terbaik bagi anak. Dalam hal ini sekolah menjadi tempat pencegahan sekaligus edukasi budaya yang ramah anak dalam bentuk perilaku dan kebiasaan-kebiasaan baik.

Sekolah ramah anak harus inklusif, karena Sekolah yang ramah terhadap anak merupakan sekolah di mana semua peserta didik memiliki hak untuk belajar mengembangkan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin, di dalam lingkungan yang nyaman dan terbuka.

Kuis dan Jawaban : Kuis Hakikat Pendidikan Inklusif Pembelajaran Ke-4 0

Kuis dan Jawaban : Kuis Hakikat Pendidikan Inklusif Pembelajaran Ke-4

Sekolah inklusif dipandang sebagai proses yang diarahkan dan merespon adanya kebutuhan peserta didik yang beragam dengan cara meningkatkan partisipasi dalam belajar, kegiatan budaya dan komunitas, dan mengurangi eksklusi dalam pendidikan. Menurut Anda, mengapa keberadaan sekolah inklusif menjadi penting dalam mewadahi peserta didik berkebutuhan khusus?

Referensi jawaban:

Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan dimana anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat belajar di sekolah umum yang ada di lingkungan sekolah mereka dan dilengkapi dengan layanan pendukung serta pendidikan yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak tersebut.

Dalam pendidikan inklusif, layanan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus anak secara individu maupun kelompok. Dalam pendidikan ini tidak terfokuskan pada sudut ketidakmampuan, kecacatan dan penyebab kecacatan yang dimiliki, akan tetapi lebih terfokus kepada kebutuhan-kebutuhan khusus yang dimiliki mereka.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 telah dijelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki bakat istimewa memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan bermutu yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, serta tidak membeda-bedakan (diskriminatif) antara anak berkebutuhan khusus ataupun anak yang tidak berkebutuhan khusus. Selain itu dijelaskan juga pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009 pasal 3 bahwa setiap anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak untuk mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) berhak bersekolah di sekolah umum, bukan hanya di SLB saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada lagi diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus, karena semua anak memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dari masing-masing anak.

Oleh karena itu, pendidikan inklusif ini sangatlah penting untuk diterapkan, dengan adanya pendidikan inklusif dapat memberi peluang dan membuka kesempatan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) memperoleh pendidikan tanpa adanya perlakuan diskriminatif, pendidikan inklusif ini merupakan sarana belajar yang paling cocok untuk semua anak dalam hal adaptasi dan sosialisasi sehingga dapat menjadikan wadah yang wajib antar anak untuk bersosialisasi dengan keanekaragaman yang ada, pendidikan inklusif ini juga dapat memberikan pemahaman kepada anak yang tidak berkebutuhan khusus agar dapat menerima, mengerti, dan memahami antara perbedaan satu dengan yang lainnya, dengan kata lain anak didik tersebut diajarkan bagaimana cara bersikap toleransi dan menerima keanekaragaman yang ada, sehingga dapat hidup berdampingan dengan baik tanpa adanya pembedaan (diskriminatif). Sehingga, dari pihak lembaga pendidikanpun harus selalu melakukan evaluasi terhadap sistem yang sudah diterapkan agar sesuai dengan kebutuhan anak didik, serta harus menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus agar anak tersebut tetap dapat belajar secara optimal.

 

Kuis dan Jawaban : Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Pembelajaran Ketiga 0

Kuis dan Jawaban : Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Pembelajaran Ketiga

Setelah memahami karakteristik masing-masing peserta didik berkebutuhan khusus, sebagai guru sekolah inklusif maka kita perlu untuk memahami juga kebutuhan pembelajaran dari masing-masing peserta didik berkebutuhan khusus. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghargai keberagaman peserta didik di kelas dan mengembangkan kualitas hidup seluruh peserta didik.


Lebih lanjut sesuai dengan amanat Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 mengenai pendidikan inklusif dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 mengenai Penyandang Disabilitas maka perlu sebagai guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran masing-masing peserta didik berkebutuhan khusus.


Bayangkan di kelas anda terdapat peserta didik yang mengalami hambatan penglihatan, hambatan pendengaran, dan hambatan intelektual. Penyesuaian apa saja yang anda lakukan ketika anda menjelaskan materi yang biasa anda sampaikan untuk memastikan kebutuhan pembelajaran seluruh peserta didik di kelas dapat terpenuhi? Tuliskan minimal 150 kata

 

Refrensi Jawaban

 

Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan, termasuk anak berkebutuhan khusus. Mengajar anak berkebutuhan khusus tidak hanya memerlukan kesabaran, tetapi strategi agar mereka merasa nyaman dan mampu mendapatkan informasi dengan tepat.


Strategi di bawah ini perlu dikuasai oleh para guru di sekolah dan orang tua di rumah. Tujuannya agar anak bisa mendapatkan pelajaran atau menguasai sebuah kemampuan baru.


Menggunakan aturan yang berkenalan yang baik. Pertama, kenalkan diri Anda dan jelaskan bagaimana Anda merasa berhubungan dengan anak tersebut. Anda bisa mulai mengajak berjabat tangan, menyentuh tangan, bahu, atau mukanya. Perlu diingat, tidak semua anak suka disentuh, seperti misalnya anak autis.


Anda juga dapat menjelaskan aktivitas apa yang akan Anda lakukan bersama anak tersebut, dari awal hingga akhir, sambil menatap kedua mata anak.


Observasi


Beberapa anak dengan berkebutuhan khusus menerima input sensori dengan cara yang berbeda dan kesulitan untuk mengungkapkan ketidaknyamanannya. Ingatlah bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Selalu lihat sesuatu yang berbeda dan berpikir jika anak tersebut sedang mencoba berkomunikasi dengan Anda. Jika Anda tidak yakin, Anda bisa bertanya kepada orang tuanya atau orang tua lainnya.


Lingkungan belajar yang aman


Perilaku anak berkebutuhan khusus kadang tidak terduga. Oleh karena itu, penting untuk mendahulukan keselamatan dan mengatur lingkungan agar nyaman secara fisik dan emosional.


Lebih fleksibel


Mengajar anak berkebutuhan khusus harus menggunakan metode yang beragam untuk membuat anak mengerti dan menguasai kemampuan baru. Misalnya, jika anak menolak pisah dengan orang tuanya, maka bawa orang tuanya ikut beraktivitas selama beberapa menit untuk mengurangi kecemasan anak, lalu orang tua dapat mundur perlahan.


Contoh lainnya adalah anak berkebutuhan khusus akan sulit memahami konsep abstrak pada pelajaran agama. Tugas Anda adalah menuangkan pelajaran tersebut dalam sebuah permainan atau projek seni agar terlihat bisa diterima oleh akal.


Harus konsisten


Jika terdapat peraturan di sebuah kelompok, maka aturan tersebut harus diaplikasikan secara konsisten kepada semua orang. Misalnya, jika Anda memiliki tujuan dan jadwal belajar, maka semua orang di dalam kelompok harus mengikuti hal tersebut. Bedanya, anak berkebutuhan khusus memerlukan dukungan ekstra atau guru pendamping yang duduk bersamanya.


Sama dengan memberi hukuman. Misalnya Anda menerapkan hukuman bahwa anak yang memukul harus ke luar kelas untuk menenangkan diri. Maka Anda menerapkan aturan tersebut pada anak regular atau anak berkebutuhan khusus.


Gunakan isyarat visual, auditori, atau taktil


Memiliki isyarat yang tepat pada sebuah lingkungan dapat berdampak positif pada anak berkebutuhan khusus. Anda bisa menggunakan kartu yang berisi tulisan instruksi sederhana untuk menolong anak mengingat aturan perilaku yang baik. Jika anak Anda tidak bisa baca, maka gunakan gambar.


Contoh lainnya adalah daripada berteriak untuk menyuruh sekelompok anak untuk diam, sebaiknya gunakan siulan atau tepuk tangan agar menarik perhatian mereka.


Sedangkan isyarat taktil bisa dilakukan dengan menyentuh bahu dengan lembut atau menawarkan selimut dan kain lembut lainnya adalah cara yang mudah untuk menarik perhatian seseorang. Anda tidak perlu mendorong atau menarik keras anak.


Menjadi pengajar yang positif


Perilaku positif adalah kualitas paling penting yang harus dimiliki oleh orang-orang yang mengajar anak berkebutuhan khusus. Meskipun Anda memiliki pengalaman yang tinggi, Anda akan kesulitan berinteraksi dengan anak difabel jika memiliki perilaku dan asumsi negatif.


Mengajar anak berkebutuhan khusus tidak bisa sendirian, perlu peran keluarga dan kerjasama yang kuat dengan guru. Agar anak tidak bingung, pastikan setiap orang berkomunikasi untuk menerapkan strategi yang sama.